Tafsir Ayat Mutasyabihat menurut Ulama Salaf dan Khalaf
Merujuk kepada Bait Nomor 40 dari Kitab Ilmu Tauhid "Hasyiyah Al-Imam
A-Baijuri 'ala Jawharah At-Tauhid" karangan Imam Ali Jum'ah pada halaman 156 disebutkan bahwa:
و كل نص أوهم التشبيها أوله أو فوض و رم تنزيها
Artinya:
Dan setiap nash yang dapat menimbulkan kesalahpahaman
tentang penyerupaan Allah dengan makhluk, maka lakukanlah ta’wil atau tafwid
dan hendaklah engkau bertujuan memahabersihkan Allah dari sesuatu yang tidak
pantas bagi-Nya.
PENJELASAN
Dalam menyikapi setiap nash dari Al-Qur’an dan Hadits yang
dikuatirkan dapat menimbulkan kesalahpaaman tentang penyerupaan Allah dengan
makhluk, maka para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah berijtihad melakukan ta’wil.
Hanya saja ulama salaf (1-300 H.) dengan “Madzhab as-Salaf (مذهب السلف) atau
“Thariq as-Salaf (طريق السلف)”-nya berijtihad melakukan “Ta’wil Ijmali (Ta’wil Global)”,
yaitu dengan cara menggunakan lafadz nash secara dzahirnya lafadz namun tidak
mengi’tiqadkan Allah serupa dengan makhluk. Kemudian, tujuan yang dimaksud oleh
nash tersebut diserahkan langsung kepada Allah SWT semata (tafwid). Contoh:
الرحمن على العرش استوى
Ulama Salaf
mengatakan: Istiwa’ tidak kami ketahui maksudnya.
Sedangkan, ulama
khalaf dengan “Madzhab al-Khalaf (مذهب الخلف) atau “Thariq al-Khalaf (طريقالخلف)”-nya berijtihad
melakukan “Ta’wil Tafshili”, yaitu dengan cara menjelaskan makna yang dimaksud oleh
nash Al-Qur’an dan Hadits yang samar tersebut, sehingga jelas maksudnya dan
tidak menyerupakan Allah dengan makhluk. Dengan demikian, umat Islam
akan selamat dari kesalahpahaman dalam rmemahami nash tersebut. Contoh:
الرحمن على العرش استوى
Jalan ta'wil ini sesuai dengan Firman Allah dalam Surat Ali
'Imran {3}: 7 sebagai berikut:
هُوَ ٱلَّذِيۤ أَنزَلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَابَ مِنْهُ
آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ
في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ٱبْتِغَاءَ ٱلْفِتْنَةِ
وَٱبْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ ٱللَّهُ وَٱلرَّاسِخُونَ
فِي ٱلْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ
إِلاَّ أُوْلُواْ ٱلأَلْبَابِ
Artinya:
"Dia-lah yang menurunkan Alkitab (Alquran) kepada
kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat [183], itulah pokok-pokok
isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat [184]. Adapun orang-orang
yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian
ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
Dengan demikian, jalan yang ditempuh oleh ulama salaf dan
ulama khalaf ini kedua-duanya benar. Namun, yang paling unggul adalah jalan
yang ditempuh oleh ulama khalaf, dikarenakan perkembangan pemikiran umat Islam
semakin ke depannya semakin kritis.
Sehingga dikuatirkan nantinya umat Islam
akan salah memahami nash tersebut yang masih samar maksudnya, seandainya tidak
dita’wil dengan “Ta’wil Tafshili."
Wallahu a'lam
(Kang Yudit Kandhias Soghir)
melakukan “Ta’wil Tafshili”, yaitu dengan cara menjelaskan makna yang dimaksud oleh
nash Al-Qur’an dan Hadits yang samar tersebut, sehingga jelas maksudnya dan
tidak menyerupakan Allah dengan makhluk. Dengan demikian, umat Islam
akan selamat dari kesalahpahaman dalam rmemahami nash tersebut. Contoh:
الرحمن على العرش استوى
Ulama Khalaf
mengatakan, yang dimaksud dengan firman Allah ta’ala di atas adalah “Al-Istila’
(artinya: Menguasai)” dan “Al-Mulku (artinya: Merajai).”
Jalan ta'wil ini sesuai dengan Firman Allah dalam Surat Ali
'Imran {3}: 7 sebagai berikut:
هُوَ ٱلَّذِيۤ أَنزَلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَابَ مِنْهُ
آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ
في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ٱبْتِغَاءَ ٱلْفِتْنَةِ
وَٱبْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ ٱللَّهُ وَٱلرَّاسِخُونَ
فِي ٱلْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ
إِلاَّ أُوْلُواْ ٱلأَلْبَابِ
Artinya:
"Dia-lah yang menurunkan Alkitab (Alquran) kepada
kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat [183], itulah pokok-pokok
isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat [184]. Adapun orang-orang
yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian
ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
Dengan demikian, jalan yang ditempuh oleh ulama salaf dan
ulama khalaf ini kedua-duanya benar. Namun, yang paling unggul adalah jalan
yang ditempuh oleh ulama khalaf, dikarenakan perkembangan pemikiran umat Islam
semakin ke depannya semakin kritis.
Sehingga dikuatirkan nantinya umat Islam
akan salah memahami nash tersebut yang masih samar maksudnya, seandainya tidak
dita’wil dengan “Ta’wil Tafshili."
Wallahu a'lam
(Kang Yudit Kandhias Soghir)
Komentar