Kisah Robinhood, Si Penjahat Yang Dermawan


Senang sekali ketika saya membaca tokoh yang murah hati yang dermawan yang suka menyisihkan sebagian kekayaannya untuk kepentingan sosial, meski dia nonmuslim seperti Cristiano Ronaldo, Mark Zuckerberg yang menyumbang $ 43 milyar untuk dana abadi kesehatan, atau tokoh lainnnya. Jadi ingat sebuah kisah dalam kitab Ihya 'Ulumiddin karya Al Imam Al Ghazali.


Suatu ketika Nabi Yahya as bertemu Iblis la'natullah 'alaih, beliau bertanya, "siapakah orang yang paling kamu suka dan siapakah yang paling kamu benci?".

Iblis menjawab, "Yang paling saya suka adalah orang mukmin yang kikir, dan yang paling saya benci adalah seorang pendosa yang dermawan."

"Mengapa?", tanya Nabi Yahya lagi.
"Karena, ketika orang mukmin itu kikir maka itu sudah cukup bagi saya (amalnya akan habis dan dosanya akan menumpuk dengan sendirinya), akan tetapi ketika seorang pendosa itu dermawan maka saya selalu diliputi kekhawatiran jangan-jangan nanti Allah melihatnya dan lalu memberinya hidayah."

Bahkan, seperti yang juga diriwayatkan oleh Al Ghazali di sana, ketika Allah memvonis hukuman mati atas Bani Israil yang menyembah patung anak sapi, Allah berkata kepada Nabi Musa as. "Jangan kau hukum mati Samiry", padahal semua tahu bahwa Samiry inilah inisiator dan yang membuat patung sesembahan itu, tapi ia justru lolos dari hukuman, alasannya Allah dalam lanjutan firmannya kepada Musa "karena dia orang yang dermawan." Kedermawanannya menghindarkan Samiry dari maut.

Gus Qayyum Lasem pernah berkata bahwa cara paling cepat agar mendapat mauhibah ilmiyyah, yaitu terfutuhnya hati (terbukanya mata hati) atau ilmu laduni, itu adalah dengan menjadi orang yang dermawan. Lalu gus Qayyum mencontohkan ulama ulama dahulu yang mendapat anugerah seperti itu karena kedermawanan, entah itu kedermawanannya sendiri atau kedermawanan orangtua dan kakeknya.

Allah cinta hambanya yang dermawan meski bukan ahli ibadah, tapi Allah tidak suka hambanya yang kikir meski ia ahli ibadah. Mengapa demikian?

Karena kedermawanan bisa langsung dirasakan oleh hamba hamba lainnya.

Tidak hanya Allah, kita pun sama. Coba jawab, lebih berat mana, ditinggal mati kiai kaya tapi pelitnya amit amit ataukah orang nakal tapi dermawannya nggak karuan?

Tulisan ini bukan hendak membenarkan maksiat, tapi sebagai motivasi bahwa sebaik apapun kita, sebanyak apapun ibadah kita kepada Allah, mari tingkatkan juga habluminannas dengan menjalin kepedulian sosial, baik melalui infaq, shadaqah, zakat ataupun dalam bentuk lainnya. Semoga hidayahNya senantiasa menaungi kita semua. Amiin.

KH. Ahmad Atha,-

No comments

Powered by Blogger.