Diplomasi Gus Yahya Tsaquf dalam Mewujudkan Perdamaian Palestina dan Israel
"Ngluruk Tanpa Bala, Menang
Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji" yang berarti menyerang tanpa bala tentara,
menang tanpa merendahkan, sakti tanpa kesaktian.
Itulah ungkapan pepatah Jawa
untuk menggambarkan keberanian sikap dan apa yg dilakukan Gus Yahya Cholil
Staquf ketika harus bertandang ke Israel dalam rangka menyuarakan ramah dan
rahmahnya Islam di telinga para pembesar Yahudi dan dunia di tengah kondisi
banyak dari umat Islam yang menggambarkan Islam dg sikap marah dan agama yg
suka melaknat.
Bully, cacian bahkan kecaman
adalah konsekwensi logis ketika beliau harus memperjuangkan dan membela nilai nilai
luhur jamiyah Nahdlatul Ulama dg sikap tasamukh tawassut dan tawazun dalam
segala hal. Khususnya dalam berdakwah kepada mereka yg tengah mengalami
kegersangan sikap rahmah kepada sesama seperti Yahudi Israel. Demi menunjukkan
kepada dunia bahwa Islam adalah agama yg ramah dan rahmatan lil alamin ini bagi
siapa saja.
Gus Dur pun pernah mengalami
perlakuan yang sama ketika beliau juga melakukan hal yang sama seperti Gus
Yahya dari kalangan umat Islam yg tidak mengerti arti penting dakwah bil hikmah
wal mauidhotil hasanah. Mereka yakin bahwa nahi munkar tidak mungkin dilakukan
dg cara menyebar kema'rufan. Hingga mereka menganggab bahwa musuh Islam
tetaplah musuh yg harus dilawan meski kita tidak mungkin menang.
Namun saya tahu, Gus Yahya
bukanlah tipe orang yang pesimistis seperti mereka dengan tokoh tokohnya.
Justru beliau adalah orang yang kreatif dan mengerti betul makna "bil
hikmah wal mauidhotil hasanah" yang sesungguhnya sebagaimana Gus Dur.
Berikut ini kesimpulan dan poin
poin penting pikiran gus Yahya Cholil Staquf yg dinasehatkan kepada Israel dan
juga Palestina dalam rangka mengupayakan perdamaian antara kedua belah pihak.
Nasehat tersebut disampaikan
dalam forum-forum pertemuan dengan para petinggi Israel (termasuk juga dalam
pertemuan dg Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu) dalam lawatan beliau ke
Yerusalem yang dipublish oleh The Jerusalem Post.
Konflik hanya meninggalkan sakit
berkepanjangan pada kedua belah pihak, baik Israel maupun Palestina. Maka
rekonsiliasi dan kompromi adalah jalan terbaik agar upayakan perundingan bisa
dilakukan.
Namun realitanya segala
perundingan telah mengalami stagnasi karena masing masing kubu enggan untuk
berkompromi. Padahal al Quran telah mengatakan bahwa "Allah tidak akan
merubah sebuah kaum kecuali kaum itu sendiri yang mau mengupayakan untuk
merubahnya"
Semua memimpikan terwujudnya
perdamaian antara kedua belah pihak. Namun bagaimana mungkin perdamaian akan
dapat diwujudkan jika kedua pihak egois dan selalu membicarakan tentang keadilan?
Dan jika kedua belah pihak
menginginkan keadilan, bagaimana keadilan akan bisa diwujudkan tanpa menanamkan
jiwa rahmah (kasih sayang) sebagai umat manusia kepada sesamanya? (Israel dan
Palestina)
Memilih bersikap ramah atau
marah, rahmah atau la'nah memang hakikatnya merupakan pilihan setiap pihak.
Namun ketahuilah bahwa hanya bersikap ramah dan rahmah lah prasyarat agar kita
bisa menegakkan kedamaian dan keadilan.
Maka masing masing pihak baik
Israel maupun Palestina harus sadar bahwa mereka selama ini sama sama telah
melakukan hal hal yg buruk. Dan kesadaran ini harus ditumbuhkan kepada kedua
belah pihak agar upaya mencari jalan baru perdamaian akan bisa diwujudkan
dengan melibatkan mediator seperti OKI, Liga muslim maupun negara muslim (seperti
Indonesia).
Umat Islam sendiri harus sadar
bahwa realita saat ini telah menuntut mereka untuk bisa lebih terbuka dengan
realitas kekinian dan tidak bisa hanya berpola fikir seperti Islam di jaman
klasik dulu. Khususnya dalam upaya menerima pluralisme dan dunia tanpa sekat
antara muslim dan non muslim. Begitu juga dengan Israel.
Sehingga tidak ada jalan lain
agar rekonsiliasi dan perdamaian yang menjadi impian semua pihak itu dapat
diwujudkan antara kedua belah pihak selain dengan merubah pola fikir dan gaya
hidup mereka tersebut (egois bicara keadilan).
"Pengobatan saja tidak cukup
untuk mengatasi penyakit (konflik Israel Palestina). Anda juga butuh untuk
merubah pola hidup anda agar sakit bisa disembuhkan. Jika petunjuk atas konflik
seperti ini diabaikan, maka ketahuilah bahwa konsekwensi yang mengerikan
(berupa tragedi kemanusiaan yang berkepanjangan) telah siap menunggu
kita." Kata Gus Yahya
"Dan saya menyerukan agar
semua pihak untuk memilih sikap rahmah (welas asih) ini sebagai jawaban, karena
saya yakin perdamaian adalah harapan semua pihak" tegas Gus Yahya dalam
nasehat beliau.
"Berhentilah untuk terjebak
dengan sejarah, dan berhentilah mengeluh dengan masa lalu agar perdamaian itu
bisa diwujudkan di masa depan"
Dan saya hanya bisa berkomentar
..
Inilah upaya beliau dalam
membumikan nilai nilai NU dan Islam Nusantara yang tasamukh, tawassut dan
tawazun serta i'tidal di bumi Palestina. Serta dalam rangka mengemban amanat
UUD 45 untuk membawa misi "Perdamaian Abadi dan keadilan sosial".
Maka wajar jika saya
mengibaratkan beliau sbg orang yang mampu: "Ngluruk tanpo bolo, menang
tanpo ngasorake, sakti tanpo aji-aji". Yakni menyerang tanpa membawa bala
tentara, menang tanpa menghina hina, dan sakti tanpa kesaktian.
Kanjeng Nabi juga bersabda;
"Jihad yang paling dicintai
Allah adalah menegakkan kebenaran pada penguasa yang lalim" dan itulah yg
beliau emban.
Dan berikut adalah video untuk
mereka yg masih meragukan, nyinyir bahkan melaknat beliau karena suudzon datang
ke Israel dengan membawa misi pribadi ataupun misi mengkhianati umat Islam.
Silahkan anda tidak setuju
ataupun berbeda dg beliau, karena ikhtilaf adalah bagian dari rahmah Tuhan.
Tapi anda tidak akan pernah bisa menghalalkan hinaan dan fitnah kepada beliau
yg secara qot'i telah diharamkan Tuhan kepada siapapun yg menjadi hambaNya yang
beriman.
Sungguh disayangkan sebenarnya,
misi mulia tersebut malah mendapat pandangan buruk bahkan nyinyiran dari
petinggi partai PKS dan Gerindra.
Saya yakin Israel lebih tahu mana
yg harus lebih di dengar; apakah cak Dayat dgn PKS nya yang fundamentalis atau
Gus Yahya dg NU-nya yang moderat.
Saya juga yakin Gus Yahya lebih
tahu resiko yang beliau ambil ketika harus datang ke Israel; apakah akan
ditentang kaum fundamentalis yang sudah kadang demo berjilid-jilid ataukah
justru akan didukung oleh kaum moderat yang mengutamakan pendekatan diplomatis
persuasif dalam mengatasi persoalan.
Sebab ..
Realitanya Yahudi semakin kuat
dan terus bangkit ketika mereka dilawan dan dihancurkan oleh Nazi. Justru Bani
Israel menjadi takluk ketika tangan kiri Nabi Musa dirangkulkan di pundak
mereka dan tangan kanan dihardikkan utk memukul jika mrk membangkang.
Dan saya yakin realita ini akan
sulit difahami oleh mereka yang bersumbu pendek. Justru yang ada mereka pasti
akan membuat fitnah bahwa NU tengah menjalin kerjasama dgn Israel disaat
pemerintah tengah memutus hubungan diplomatik dg Israel untuk mendapatkan
keuntungan duit triliunan.
"Triliunan endasmu"
kata mbah Zaenal tukang suwuk.
"Apa dikira nabi Musa datang
ke Fir'aun itu utk mendukung Firaun? Nabi Musa datang ke Fir'aun itu untuk
membebaskan kaumnya, blog!".
Saya kira dakwah itu tidak harus
dengan marah marah. Sebab dengan tersenyum agar objek dakwah mau menerima kita
pun juga strategi dalam dakwah.
Saya kira nahi munkar tidak harus
selalu dangan melawan kebatilan secara frontal. Justru nahi munkar seringkali
berhasil jika kita mampu menunggangi kebatilan itu untuk lalu kita ubah menjadi
haq dan kema'rufan.
Jadi Palestina itu tidak hanya
butuh dukungan moral kawan. Apalagi sekedar demo berjilid-jilid utk menunjukkan
solidaritas sesama yg realitanya lebih banyak ditunggangi agenda politik lokal
untuk mencari muka dan massa dalam rangka merebut kekuasaan.
Palestina adalah tragedi
kemanusiaan kawan. Maka jangan sekali kali Palestina kalian gunakan untuk
kepentingan politik kalian yang tengah haus kekuasaan.
Mengajari sifat rahmah pada zionis dan menyalahkan kedua belah pihak atas kekerasan di yerusalem adalah suatu kedunguan....
ReplyDeleteNamrud dan firaun lebih zionis dari israel tapi Allah perintahkan mereka berdakwah secara persuasif untuk menghindari mafsadat yang lebih besar.
ReplyDeletePada surat Ali Imran Ayat 104, Allah berfirman dengan sangat jelas:
ولتكن منكم امة يدعون الى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر واولئك هم المفلحون
Jadilah kamu sebagian umat yang mengajak pada kebajikan dan memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan orang-orang yang melakukan hal diatas adalah orang-orang bahagia (menang).
Kalau ayat diatas kita perhatikan dengan jeli, maka kita akan menemukan pesan tersirat dari ayat diatas, yakni, Gusti Allah mengurutkan kalimat (يدعون الى الخير) di urutan pertama dan kalimat (يامرون بالمعروف) di urutan kedua, sedang kalimat (ينهون عن المنكر) di urutan terakhir. Struktur kalimat seperti ini diistilahkan dengan At-Tartib Al-Khariji dalam Ilmu Balaghah.
Kenapa Kalimat (يدعون الى الخير) diletakkan di urutan pertama?
Karena mengajak kepada kebajikan sudah mengandung nilai memerintah kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Makna mengajak, selain dirinya melakukan juga mempunyai muatan makna memerintah dan mencegah.
Satu contoh: Guru saya mbah Zaenal Maarif mengajak saya melakukan shalat. Maka sudah barang tentu beliaupun ikut mendirikannya dan otimatis pada waktu itu kemungkaran tercegah dengan sendirinya.
Berbeda dengan amar makruf (memerintah kebaikan) maka belum tentu yang memerintahnya ikut melakukannya.
Contoh: Mbah Zaenal Maarif memerintah saya untuk melakukan shalat, maka belum tentu beliaupun melakukannya.
Dan dalam mencegah kemungkaran tidak ada makna mengajak melakukan kebajikan dan memerintah kebaikan. Karena makna mencegah kemungkaran adalah menghentikan sebuah tindakan, berbeda dengan mengajak dan memerintah, karena keduanya bertujuan untuk menuntut melakukan sebuah tindakan.
Itulah sebabnya kenapa Gusti Allah mengurutkan mengajak kebajikan pada urutan pertama, karena mengajak kebajikan lebih utama daripada memerintah kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Makanya tidaklah aneh para Ulama NU lebih memilih Mengajak kebajikan daripada hanya sekedar memerintah kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Berdakwah dengan mengajak kepada kebajikan mampu mencegah kemungkaran, sedang mencegah kemungkaran belum tentu mampu membuahkan kebajikan.
Tapi walaupun Mencegah kemungkaran adalah kualitas terendah dalam berdakwah