Walisongo Meneruskan Perjuangan Rasulullah SAW


Akhir-akhir ini para syabab Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) secara sepihak tiba-tiba mengklaim bahwa Walisongo adalah utusan Khilafah seperti yang pernah diungkapkan Jubir HTI. Klaim ini seolah-olah ingin membawa Walisongo sebagai penegak khilafah seperti yang dilakukan HTI saat ini.

Klaim sepihak tersebut tidak lain bisa jadi sebagai upaya propaganda baru yang bertujuan untuk meraih simpati dari pecinta Walisongo khususnya warga Nahdlatul Ulama (NU) agar mau mendukung dakwah khilafah ala HTI. Karena memang dakwah NU dikenal luas merupakan kelanjutan dakwah Walisongo dan kental dengan pengaruh Walisongo.

Apapun caranya akan ditempuh HTI demi meraih simpati umat Islam khususnya warga NU yang mayoritas di Indonesia. Setelah gagal menempuh jalan konfrontatif, kini syabab-syabab pengusung Khilafah berusaha melakukan pendekatan inftiltratif dengan memasuki kantong-kantong Nahdliyin. Sering kita melihat bagaimana kerasnya para syabab mendekati tokoh dan ulama NU serta kiai-kiai NU. Hasilnya pun sama, HTI ditolak baik secara tegas maupun lembut oleh ulama-ulama NU.
Kegagalan demi kegagalan terus dirasakan HTI hingga akhirnya timbul ide memanfaatkan nama besar Walisongo. Penyebar dakwah Islam itu disebut sebagai utusan khilafah. Sejak kapan HTI mengikuti dan mengakui adanya Walisongo? Padahal kalau kita mau melihat sejarah ke belakang, para syabab HTI dengan kejinya menyatakan bahwa Walisongo itu utusan agen rahasia kafir. Na’udzubillah.
Tidak hanya itu, salah satu tulisan pengusung khilafah itu begitu beraninya memaki, menghina, merendahkan, dan menuduh Walisongo sebagai wali dungu yang menyebarkan ajaran syetan dan merusak Islam di Nusantara. Bahkan dikatakan Walisongo adalah agen Yahudi Freemansory. Astaghfirulloh, sungguh tuduhan syabab HTI sangat tidak mendasar dan asal-asalan. Berikut ini kami nukilkan sedikit tulisan dari syabab HTI:
Upaya penghancuran Nusantara dibidani melalui agen rahasia kafir yang dikenal dengan nama Walisongo.
Bangunan atas masjid Demak yang dibangun pada 1466 berupa atap limas piramida susun tiga (gunungan atau meru) ini sangat kental dengan system 3 peringkat dalam piramida Freemasonry. Masjid Agung Demak semula bernama Masjid Glagahwangi karena didirikan di tengah Pondok Pesantren GlagahWangi oleh Walisongo bersama kaum santri, termasuk Pangeran Jimbun/Raden Husain/Raden Purbo/Raden Patah. Konon, menurut dongeng pintunya dibuat oleh Ki Ageng Selo, diberi lukisan binatang mahkota kepala naga dengan mulut terbuka,dan ini adalah lambang China. Pintu yang semula terletak di tengah masjid itu kini disimpan di museum. Di belakang masjid terdapat puluhan makam Kasultanan Bintoro, Demak, misalnya Raden Fattah (1478-1518 Masehi), Raden Patiunus (1518-1521 Masehi), Raden Trenggono (1521-1546 Masehi), dan lain-lain. Benda lain yang jadi inventaris masjid ada yang juga disimpan di museum adalah beberapa lambang dan hiasan. Ada lambang bulus di pengimaman, surya majapahit, akar mimang atau lambang goib, piringan putri Campa, huruf-huruf ilahiyah, dan prasasti.
Adanya struktur lambang dan bangunan itu menggambarkan dengan nyata bahwa para Wali yang semuanya China yang berjiwa Yahudi Freemasonry, kecuali Siti Jenar. Penempatan kuburan didekat masjid juga semakin memperkuat indikasi mereka adalah agen Yahudi China Kaifeng, perhatikanlah bentuk keramik yang ada di masjid paraWali, semuanya bermotifkan China, tidak ada unsur Arab sebagai asalnya Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Islam melarang keras dari kebiasan mendirikan kubur dimasjid, gambar-gambar orang yang dimuliakan, dsbnya.
Entah syetan iblis apa yang sudah merasuki otak syabab HTI itu hingga berani menghina Wali Allah Swt. Ketahuilah Walisongo adalah para ulama yang telah berjasa besar meng-Islam-kan Nusantara ini dan bahkan sebagai contoh dakwah Islam paling sukses yang berhasil membuat Indonesia menjadi negara yang berpenduduk mayoritas Islam. Tiba-tiba syabab HTI yang masih umbelen menuduh yang tidak-tidak terhadap Walisongo. Alhamdulillah, propaganda HTI ini pun tidak berhasil. Terbukti umat Islam di Indonesia tetap cinta dan mendukung Walisongo.
Setelah menghina, memaki, dan menuduh habis-habisan Walisongo dan gagal meraih simpati, syabab HTI berbalik arah malah menuding Walisongo sebagai utusan khilafah. Propaganda apa lagi yang sedang dilancarkan agen HTI di Indonesia ini. Sebagai umat Islam kita semua tahu bahwa tugas dakwah Walisongo seperti halnya tugas dakwah di masa Rasulullah Saw, tidak terbesit ingin mendirikan Khilafah di Nusantara.
Hal ini diungkapkan oleh Ustadz Muhammad Ma’ruf Khozin (Wakil Katib Syuriah PCNU Surabaya) dalam tulisannya berikut ini:
Tugas Dakwah Walisongo Seperti Tugas Di Masa Rasulullah Saw
Yaitu saat Rasulullah Saw mengutus sahabat Muadz bin Jabal :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – لَمَّا بَعَثَ مُعَاذًا – رضى الله عنه – عَلَى الْيَمَنِ قَالَ إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللَّهِ ، فَإِذَا عَرَفُوا اللَّهَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا فَعَلُوا ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهُمْ زَكَاةً تُؤْخَذُ مِنْ أَمْوَالِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ ، فَإِذَا أَطَاعُوا بِهَا فَخُذْ مِنْهُمْ ، وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ
رواه البخارى ومسلم
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Rasulullah mengutus Muadz ke Yaman, Nabi bersabda: “Sungguh kamu akan mendatangi kaum ahli kitab. Maka jadikan awal dakwahmu kepada mereka untuk ibadah kepada Allah. Jika mereka telah mengakui Allah, maka kabarkan pada mereka bahwa Allah mewajibkan salat 5 waktu kepada mereka sehari-semalam. Jika mereka sudah melakukannya, maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat, yang diambil dari orang kaya dan diberikan pada orang miskin dari mereka. Jika mereka telah mematuhi maka ambillah dari mereka dan hindari harta utama mereka.”(HR al-Bukhari dan Muslim).
Kendati di Nusantara saat itu belum ada Nasrani, namun mereka juga telah memiliki agama, baik Hindu, Budha, kepercayaan dan sebagainya. Oleh karenanya, para walisongo menyebarkan Islam di Nusantara ini sama seperti yang ditugaskan oleh Rasulullah kepada sahabat Muadz bin Jabar, dengan mengajarkan syahadat, salat, zakat, puasa, haji dan amaliah lainnya.
Tidak ada satu pun perintah dari Nabi diatas untuk merebut kekuasan atau mendirikan khilafah seperti yang dilakukan HTI. Ini menunjukkan memang dakwah Rasulullah Saw melalui dakwah kultural, bukan kekuasaan. Andaikan kewajiban mendirikan khilafah sudah dibawa oleh Walisongo, maka sudah pasti NU akan memperjuangkan sejak dahulu tanpa menunggu kedatangan Hizbut Tahrir. Sebab NU meneruskan dakwah Walisongo yang sesuai dengan dakwah Rasulullah Saw.
Kini sudah jelas dan tidak diragukan lagi bahwasanya cara dakwah Walisongo adalah cara dakwah Rasulullah Saw, yang sangat berbeda jauh dengan cara yang ditempuh HTI. Dakwah Walisongo adalah dakwah yang lemah lembut melalui dakwah kultural, tidak seperti cara HTI yang haus akan kekuasaan. Dakwah Walisongo adalah dakwah Islam yang rahmatan lil ‘alamin, tidak seperti cara HTI yang menempuh segala cara. Semoga kita dilindungi Allah Swt dari paham-paham menyimpang di luar ahlussunnah wal jama’ah.

No comments

Powered by Blogger.