Masih Ragukah Tahlilan Itu Sunnah Rasulullah?







Ini dalil yang kita gunakan dalam
menjalankan amaliyah Tahlilan, di dalam acara tahlilan banyak bacaan beragam
atau campuran, ada dzikir, ayat-ayat al-Qur’an, shalawat dan lain-lain.




agama kita islam tidak menafikan
dan tidak melarang dzikir dengan komposisi campuran seperti Tahlilan, dan
dicontohkan dengan shalat. Sedangkan pernyataan mereka para WAHABI BERKATA
bahwa zikir campuran di luar shalat seperti Tahlilan, tidak ada dalilnya.





Itu karena Anda para WAHABI baru
belajar ilmu agama. Coba perhatikan hadits ini:





عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله
عليه وسلم قَالَ: إِنَّ للهِ سَيَّارَةً مِنَ الْمَلاَئِكَةِ يَطْلُبُوْنَ حِلَقَ الذِّكْرِ
فَإِذَا أَتَوْا عَلَيْهِمْ وَحَفُّوْا بِهِمْ ثُمَّ بَعَثُوْا رَائِدَهُمْ إِلىَ السَّمَاءِ
إِلَى رَبِّ الْعِزَّةِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَيَقُوْلُوْنَ: رَبَّنَا أَتَيْنَا عَلىَ
عِبَادٍ مِنْ عِبَادِكَ يُعَظِّمُوْنَ آَلاَءَكَ وَيَتْلُوْنَ كِتَابَكَ وَيُصَلُّوْنَ
عَلىَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَيَسْأَلُوْنَكَ لآَخِرَتِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ
فَيَقُوْلُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: غَشُّوْهُمْ رَحْمَتِيْ فَيَقُوْلُوْنَ : يَا رَبِّ
إِنَّ فِيْهِمْ فُلاَناً الْخَطَّاءَ إِنَّمَا اعْتَنَقَهُمْ اِعْتِنَاقًا فَيَقُوْلُ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى: غَشُّوْهُمْ رَحْمَتِيْ فَهُمُ الْجُلَسَاءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ
جَلِيْسُهُمْ . (رواه البزار قال الحافظ الهيثمي في مجمع الزوائد: إسناده حسن، والحديث
صحيح أو حسن عند الحافظ ابن حجر، كما ذكره في فتح الباري 11/212
(





Dari Anas radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:





Sesungguhnya Allah memiliki para
malaikat yang selalu mengadakan perjalanan mencari majelis-majelis dzikir.
Apabila para malaikat itu mendatangi orang-orang yang sedang berdzikir dan
mengelilingi mereka, maka mereka mengutus pemimpin mereka ke langit menuju
Tuhan Maha Agung – Yang Maha Suci dan Maha Luhur. Para malaikat itu berkata:
“Wahai Tuhan kami, kami telah mendatangi hamba-hamba-Mu yang mengagungkan
nikmat-nikmat-Mu, menbaca kitab-Mu, bershalawat kepada nabi-Mu Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam dan memohon kepada-Mu akhirat dan dunia mereka.”
Lalu Allah menjawab:





“Naungi mereka dengan rahmat-Ku.”
Lalu para malaikat itu berkata: “Di antara mereka terdapat si fulan yang banyak
dosanya, ia hanya kebetulan lewat lalu mendatangi mereka.” Lalu Allah – Yang
Maha Suci dan Maha Luhur – menjawab: “Naungi mereka dengan rahmat-Ku, mereka
adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk bersama mereka.





(HR. al-Bazzar. Al-Hafizh
al-Haitsami berkata dalam Majma’ al-Zawaid [16769, juz 10, hal. 77]: “Sanad
hadits ini hasan.” Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar, hadits ini shahih atau hasan).





Hadits di atas menjadi dalil
keutamaan zikir berjamaah, dan isi bacaannya juga campuran, ada zikir,
ayat-ayat al-Qur’an dan shalawat. 





Dan itu merupakan sunnah Nabi saw.





Syaikh Ibnu Taimiyah (panglima
tertinggi dalam ajaran WAHABI) beliau guru dari Muhammad ibn abdul Wahhab.
Beliau justru menganjurkan Tahlilan dalam fatwanya. Beliau berkata:





وَسُئِلَ: عَنْ رَجُلٍ يُنْكِرُ عَلَى أَهْلِ الذِّكْرِ
يَقُولُ لَهُمْ: هَذَا الذِّكْرُ بِدْعَةٌ وَجَهْرُكُمْ فِي الذِّكْرِ بِدْعَةٌ وَهُمْ
يَفْتَتِحُونَ بِالْقُرْآنِ وَيَخْتَتِمُونَ ثُمَّ يَدْعُونَ لِلْمُسْلِمِينَ الْأَحْيَاءِ
وَالْأَمْوَاتِ وَيَجْمَعُونَ التَّسْبِيحَ وَالتَّحْمِيدَ وَالتَّهْلِيلَ وَالتَّكْبِيرَ
وَالْحَوْقَلَةَ وَيُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم؟” فَأَجَابَ: الِاجْتِمَاعُ
لِذِكْرِ اللهِ وَاسْتِمَاعِ كِتَابِهِ وَالدُّعَاءِ عَمَلٌ صَالِحٌ وَهُوَ مِنْ أَفْضَلِ
الْقُرُبَاتِ وَالْعِبَادَاتِ فِي الْأَوْقَاتِ فَفِي الصَّحِيحِ عَنْ النَّبِيِّ صلى
الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ: ( إنَّ للهِ مَلَائِكَةً سَيَّاحِينَ فِي الْأَرْضِ
فَإِذَا مَرُّوا بِقَوْمِ يَذْكُرُونَ اللهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوا إلَى حَاجَتِكُمْ
) وَذَكَرَ الْحَدِيثَ وَفِيهِ
( وَجَدْنَاهُمْ يُسَبِّحُونَك
وَيَحْمَدُونَك )… وَأَمَّا مُحَافَظَةُ الْإِنْسَانِ عَلَى أَوْرَادٍ لَهُ مِنْ الصَّلَاةِ
أَوْ الْقِرَاءَةِ أَوْ الذِّكْرِ أَوْ الدُّعَاءِ طَرَفَيْ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنْ
اللَّيْلِ وَغَيْرُ ذَلِكَ: فَهَذَا سُنَّةُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَالصَّالِحِينَ
مِنْ عِبَادِ اللهِ قَدِيمًا وَحَدِيثًا. (مجموع فتاوى ابن تيمية، ٢٢/٥٢٠
(








Ibnu Taimiyah ditanya, tentang
seseorang yang memprotes ahli dzikir (berjamaah) dengan berkata kepada mereka,
“Dzikir kalian ini bid’ah, mengeraskan suara yang kalian lakukan juga bid’ah”.
Mereka memulai dan menutup dzikirnya dengan al-Qur’an, lalu mendoakan kaum
Muslimin yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.





Mereka mengumpulkan antara
tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqalah (laa haula wa laa quwwata illaa
billaah) dan shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.?” Lalu Ibn
Taimiyah menjawab: “Berjamaah dalam berdzikir, mendengarkan al-Qur’an dan
berdoa adalah amal shaleh, termasuk qurbah dan ibadah yang paling utama dalam
setiap waktu.





Dalam Shahih al-Bukhari, Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki banyak
Malaikat yang selalu bepergian di muka bumi. Apabila mereka bertemu dengan
sekumpulan orang yang berdzikir kepada Allah, maka mereka memanggil, “Silahkan
sampaikan hajat kalian”, lanjutan hadits tersebut terdapat redaksi, “Kami
menemukan mereka bertasbih dan bertahmid kepada-Mu”…





Adapun memelihara rutinitas aurad
(bacaan-bacaan wirid) seperti shalat, membaca al-Qur’an, berdzikir atau berdoa,
setiap pagi dan sore serta pada sebagian waktu malam dan lain-lain, hal ini
merupakan tradisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan hamba-hamba Allah
yang saleh, zaman dulu dan sekarang.” (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 22, hal.
520).





Pernyataan Syaikh Ibnu Taimiyah
di atas memberikan kesimpulan bahwa dzikir berjamaah dengan komposisi bacaan
yang beragam antara ayat al-Qur’an, tasbih, tahmid, tahlil, shalawat dan
lain-lain seperti yang terdapat dalam tradisi tahlilan adalah amal shaleh dan
termasuk qurbah dan ibadah yang paling utama dalam setiap waktu.





Sekarang apa yang salah dari kami
dalam melaksnakan tahlilan?? Sedangkan hadits anjuran untuk melaksanakan nya
pun ada.

No comments

Powered by Blogger.