Ukurlah Diri Kita Dengan Kualitas Shalat..!!
Jika ketika shalat kita tidak memikirkan segala sesuatu selain Allah swt, maka berbahagialah. Tetapi, jika tidak demikian, maka tangisilah diri kita setiap kali kita gerakkan kaki kita menuju shalat.
Pernahkah kita melihat seorang kekasih tidak ingin bertemu kekasihnya? Allah Ta'ala mewahyukan:
إنّ الصّلاة تنهى عن الفحشآء والمنكر
Sesungguhnya shalat akan mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (Al-Ankabut, 29: 45).
Barangsiapa ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah swt, maka ia perhatikan bagaimana shalatnya, ia kerjakan dengan tenang dan khusyuk, atau dengan tergesa-gesa dan lalai?
Seseorang yang duduk bersama penjual parfum akan mencium aroma wanginya. Sedangkan shalat adalah sebuah ibadah yang seakan-akan kita sedang DUDUK bersama Allah swt. Jika kita duduk bersama Allah swt, tetapi tidak MEMPEROLEH apa-apa, itu tandanya dalam hati kita terdapat PENYAKIT, entah itu kesombongan, berbangga diri atau ketidaksopanan.
Oleh karena itu, selepas shalat kita tidak pantas bergegas (tergesa-gesa) untuk meninggalkan tempat shalat. Akan tetapi, hendaknya berdzikir kepada Allah swt dan beristigfar memohon ampun kepada-Nya atas segala kekurangan yang kita lakukan di dalam shalat.
Berapa banyak shalat yang tidak layak untuk DITERIMA Allah swt, tetapi setelah BERISTIGHFAR memohon ampun kepada-Nya atas shalat tersebut, Allah swt kemudian menerimanya. (Ibnu Atha'illah As-sakandary)
Bila engkau anggap shalat itu hanya penggugur kewajiban, maka kau akan terburu-buru mengerjakannya.
Bila kau anggap shalat hanya sebuah kewajiban, maka kau tak akan menikmati hadirnya Allah saat kau mengerjakannya.
Anggaplah shalat itu pertemuan yang kau rindu dengan Tuhanmu.
Anggaplah shalat itu sebagai cara terbaik kau bercerita dan berkomunikasi dengan Allah swt.
Anggaplah shalat itu sebagai kondisi terbaik untuk kau berkeluh kesah dengan Allah swt.
Anggaplah shalat itu sebagai seriusnya kamu dalam bermimpi.
Bayangkan ketika "azan berkumandang", ‘tangan’ (baca: kecintaan dan keridhaan) Allah melambai ke depanmu untuk mengajak kau lebih dekat dengan-Nya.
Bayangkan ketika kau "takbir", Allah melihatmu, Allah ‘senyum’ (baca: mengaruniai rahmat-NYA yang berlimpah) untukmu dan Allah bangga terhadapmu.
Bayangkanlah ketika "rukuk", Allah menopang badanmu hingga kau tak terjatuh, hingga kau rasakan damai dalam ‘sentuhan’ (baca: penjagaan)-Nya.
Bayangkan ketika "sujud", Allah ‘mengelus kepalamu’ (baca: merahmati dan memberi ampunan dengan penuh kasih sayang). Lalu Dia berbisik lembut di kedua telingamu: "Aku Mencintaimu hambaKu."
Bayangkan ketika kau "duduk di antara dua sujud", Allah ‘berdiri gagah di depanmu’ (baca: menjadi pelindung dan penolong bagimu), lalu mengatakan: "Aku tak akan diam apabila ada yang mengusikmu."
Bayangkan ketika kau memberi "salam", Allah menjawabnya (dengan KalamNya yang qadim), lalu kau seperti manusia berhati bersih setelah itu. (KH. Abdurrahman Wahid).
Komentar