Keganjilan Dalam Peristiwa Isra' Mi'raj
Dua puluh enam tahun lebih lima hari saya menghirup udara di dunia ini baru menemukan penjelasan lengkap tentang esensi ISRA MI'RAJ ditinjau dari sudut pandang TAUHID, FIQH, dan TASAWWUF.
Beliaulah Al Habib Novel bin Muhammad Alaydrus yang menjelaskan dengan sangat cerdas dan gamblang.
"Ketika Isra Mi'raj, Rasulullah SAW sampai ke Sidratul Muntaha, kalau mau ke Sidratul Muntaha harus melewati Surga dan Neraka.”
Pertanyaan saya, ketika Rasulullah melihat neraka (Saat Mi'raj), nerakanya sudah ada penghuninya belum?
Menurut teori syariat, nerakanya sudah ada penghuninya belum? Belum.
Ketika Rasulullah masuk ke surga, menurut teori syariat surganya sudah ada penghuninya belum? Belum.
Tapi kenyataanya, dari berita-berita yang disampaikan Rasulullah dalam perjalanan Mi'raj, nerakanya sudah ada penghuninya belum? Sudah.
Surganya sudah ada penghuninya belum? Sudah.
Berarti Rasulullah (saat Mi'raj) melihat surga dan neraka yang sudah ada penghuninya?
Berarti Rasulullah pergi kemana?
RASULULLAH PERGI KE DIMENSI WAKTU YANG AKAN DATANG MELINTASI SEMUA DIMENSI WAKTU YANG DIALAMI MANUSIA.
Kenapa begitu ?
Karena Allah Subhanahuwata'ala tidak diliputi oleh ruang dan waktu, makanya untuk bisa berjumpa dengan Allah harus meninggalkan makhluk, meninggalkan ciptaan, MASUK KE ALAM YANG LUAR DARI DIMENSI WAKTU." Karena waktu adalah makhluk ciptaan NYA.
Bener-bener penjelasan yang membuat saya tersentak di bagian terakhir penjelasan itu.
Bagaimana mungkin kita bisa dekat dengan Allah, Bagaimana mungkin kita berharap menemui Allah, sementara kita masih saja bergantung kepada makhluk, masih saja mengejar-ngejar dunia?
--- Al Habib Novel bin Muhammad al-Aydrus, disampaikan dalam acara Haflah Akhirussanah Pondok Pesantren Ribath Nurul Hidayah, Bedug, Pangkah, Tegal, 10 Mei 2016 --- Disarikan oleh: Gus Imron Rosyadi.
Hendaknya engkau memakmurkan waktumu untuk kegiatan ibadah hingga tidak berlalu waktu malam dan siang kecuali engkau menjadikannya untuk aktifitas kebaikan, menghabiskan waktu untuk ibadah. Sehingga tampak keberkahan waktu, diperoleh manfaat dalam umur ini dan selalu semangat beribadah kepada Allah. Dan luangkan waktu tertentu untuk aktifitas harian seperti makan, minum, dan bekerja.
Ketahuilah, bahwa keadaan seseorang tidak akan bisa istiqomah apabila diiringi dengan ketidakseriusan. Dan hati tidak akan menjadi baik apabila diiringi dengan kelalaian.
Berkata Hujjatul Islam Imam Ghazali:
Hendaknya engkau membagi waktumu dan mengatur wirid-wiridmu.
Dan tentukanlah untuk setiap waktu ada aktifitas (wird/ ibadah) yang tidak akan engkau tinggalkan ataupun mementingkan yang lainnya.
Adapun orang yang membiarkan dirinya sia-sia begitu saja, tak ubahnya seperti seekor binatang yang menyibukkan dirinya setiap saat. Ia berbuat apa saja yang ia mau dengan cara sesukanya, sehingga waktunya banyak habis sia-sia.
Ketahuilah, bahwasannya waktumu adalah umurmu, umurmu adalah modalmu, dan modal utama perdagangan (baca: aktivitas)mu (dalam menggapai pahala atau kecintaan Allah swt melalui pintu petunjuk yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw). Dengannya engkau bisa mencapai kenikmatan abadi di sisi Allah Taala.
Maka setiap nafasmu adalah permata yang tak ternilai harganya dan tidak dapat ditukar, jika ia telah terlewat tak akan pernah kembali lagi.
والله أعلم
Rujukan:
رسالة المعاونة والمظاهرة والمؤازرة:٣٥
Komentar