Transaksi Jual Beli Dengan Yang Berprofesi Diharamkan




Sebagai salah seorang wirausaha
atau pedagang, saya harus melayani setiap pembeli tanpa membeda-bedakan status
sosial mereka termasuk jenis pekerjaan. Termasuk pula di antara pembeli adalah
kalangan WTS yang mana keuangan yang dipergunakan untuk membeli barang dagangan
tersebut dapat dipastikan 100% dari pekerjaannya melayani lelaki hidung belang.







Pertanyaan:


Bagaimana hukum jual belinya dan
halalkah keuntungan yang diperoleh dari jual beli tersebut?





Jawaban Pertama:


Halal tidaknya dan sah tidaknya
transaksi jual beli tersebut tergantung pada apa yang diperjualbelikan, kalau
yang barang yang diperjualbelikan itu barang-barang halal maka hukumnya boleh
tapi makruh jika hanya sebatas kekhawatiran (belum dapat dipastikan) bahwasanya
dia memakai uang haram dan jika memenuhi syarat jual-beli secara Syar'i.





Jawaban Kedua:


Terima uang dari WTS tersebut
hukumnya makruh bila pedagang tersebut tidak tahu bahwa uang tersebut adalah
uang haram secara pasti, jika si pedagang tersebut tahu pasti bahwa uang
tersebut uang haram maka hukumnya haram dan jual belinya tidak sah kecuali si
pedagang tersebut membebaskan ataupun merelakan barang tersebut menjadi milik
wanita tuna susila maka jual belinya sah akan tetapi uang tersebut tetap haram
bagi si pedagang tersebut.





Jawaban Ketiga:


Makruh mengambil sesuatu dari
orang yang berpenghasilan (antara) halal dan haram (syubhat), seperti halnya
raja yang zalim. Kemakruhannya berbeda-beda menurut banyak atau sedikitnya
barang atau harta benda syubhat yang bercampur dengannya, walaupun makruh namun
tidak sampai haram. Terkecuali bila diyakini secara pasti berasal dari
penghasilan haram maka haram hukumnya. Sedangkan perkataan Imam Al-Ghazali
bahwa "haram mengambil sesuatu serta bermuamalah dengan orang yang
kebanyakan hartanya berasal dari barang haram" adalah pendapat yang syadz.
I'anah Al-Thalibin: 2/ 214.





إعانة الطالبين ٣/٢٤


ويكره بيع ماذكر ممن توهم منه ذلك....  ومعاملة من بيده حلال وحرام وإن غلب الحرام الحلال
نعم إن علم تحريم ما عقد به حرم و بطل





إعانة الطالبين ٣/٩


ولو اشترى طعاما في الذمة وقضى من حرام فإن أقبضه
له البائع برضاه قبل توفية الثمن حل له أكله أو بعدها مع علمه أنه حرام حل أيضا .وإلا
حرم أى .وإن لم يعلم البائع أن الثمن الذي وفاه المشتري حرام حرم على المشتري أكل ذلك
الطعام إلى أن يبرئه أو يوفيه من حل قاله شيخنا اهــــ





اعانة الطالبين ٢/٢١٤


(فـائدة) قال فـي الـمـجموع: يكره الأخذ
مـمن بـيده حلال وحرام. كالسلطان الـجائر وتـختلف الكراهة بقلة الشبهة وكثرتها، ولا
يحرم إلا أن تـيقن أن هذا من الـحرام. وقول الغزالـي : يحرم الأخذ مـمن أكثر ماله حرام،
وكذا معاملته شاذّ





WalLahu a'lam bish shawab.





Dijawab oleh Najwa Asnawi,
Ghufron Bangkalan dan lainnya.





Hadits Pilihan




"Barangsiapa yang
menunjukkan suatu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan
orang yang melakukannya." (H.R. Imam Muslim).

No comments

Powered by Blogger.