Analisa Bahasa Tubuh Geopolitik Turki Erdogan
Pada 24 November kemarin Turki
menembak jatuh jet SU-24 Rusia yang biasa digunakan untuk mengebom
target-target ISIS. Turki berdalih ini karena pelanggaran batas wilayah udara.
Benarkah?
Kali ini Saya tidak ingin
membahas apakah Rusia benar-benar melanggar wilayah udara Turki atau tidak
karena itu masih kontroversial. Rusia sendiri sudah merilis bukti-bukti satelit
bahwa SU-24 tidak pernah melewati wilayah udara Turki, bahkan justru F-16 Turki
yang sebenarnya melanggar wilayah udara Suriah dan melakukan penembakan 2 Km di
dalam wilayah Suriah di Latakia Utara.
Perdebatan ini takkan ada habisnya dan menurut gw ini tidak penting untuk dibahas karena bukan ini motif sesungguhnya. Siapapun yang paham motif sebenarnya di belakang penembakan tersebut akan memahami "bahasa tubuh" Turki itu menggambarkan sesuatu yang coba ditutupi.
Sementara publik masih ingat dengan jelas bagaimana pada 2012 kemarin Jet F-4 Phantom Turki ditembak jatuh Militer Suriah lantaran melakukan pelanggaran terhadap batas wilayah udara Suriah, lalu Erdogan murka dan berteriak "Pelanggaran wilayah jarak dekat tak bisa menjadi pembenaran untuk melakukan penyerangan".
Munafik? Standar ganda? Itu hak anda untuk menilai.
LUPAKAN SURIAH, BAGAIMANA DENGAN YUNANI?
Baru awal bulan ini Angkatan Udara Yunani merilis data bahwa enam Jet tempur Turki melanggar wilayah udara Yunani di sekitar Pulau Fournoi dan Ikaria pada Selasa 1 Desember kemarin. Ini adalah ke-78 kalinya Jet-jet tempur Turki memasuki daerah tersebut tanpa izin dan telah diusir oleh jet tempur Yunani keluar dari wilayahnya.
Hal ini menambah daftar panjang pelanggaran Turki terhadap wilayah negara-negara tetangganya. Dari statistik yang dirilis Universitas Thessaly berdasarkan perhitungan Militer Yunani, pada 2014 saja terjadi 2.244 kali pelanggaran batas udara yang dilakukan Turki terhadap wilayah Yunani.
Dari sikap Hipokrit ini bisa terlihat jelas bahwa batas wilayah udara sebenarnya bukanlah concern utama dari Turki. Ini hanyalah kedok dan sekedar dalih pembenaran untuk menjatuhkan SU-24 yang merupakan "Malaikat Izrail" bagi ISIS.
Aksi ini lebih kepada aksi "hukuman" Turki kepada Rusia karena Jet Rusia itu membawa "dosa besar tak terampuni" karena telah menghancurkan sumber pendapatan Turki dari minyak ilegal ISIS di Suriah.
Hal ini juga ditambah tepat sehari sebelumnya pada 23 November Vladimir Putin bertandang mengunjungi Pemimpin Tertinggi Iran Sayyid Ali Khamenei di Teheran yang merupakan dinding besar bagi misi Erdogan di Suriah, dan semua orang juga bisa menduga topik apa yang mereka bicarakan (dan rencanakan).
Bisa dibilang tragedi 24 November di perbatasan Suriah-Turki tersebut adalah puncak akumulasi kemarahan (baca: keputus-asaan) Turki di Suriah. Bagaimanapun bahasa tubuh Turki tidak bisa dibohongi. [Ahmad Zain]
Syaikh Ramadhan Albuthi juga pernah memberi tanggapan tentang Erdogan, "Saya mengenal dia sejak dia masih
di tsanawiyah syariah, dan dia dulu berjalan lurus sebagaimana diajarkan, tapi
beberapa tahun terakhir berubah, entah kenapa dia jadi begitu arogan untuk
ambisi tertentu, dia mulai melakukan rencana ini dan itu, tapi tuhan merencanakan
yang lain, tuhan merencanakan yang lain, tuhan akan memberinya pelajaran atas
kesombongannya itu, tapi tuhan akan memberinya kesempatan sekali lagi, kalau
dia mengambil pelajaran maka kemenangan akan ditangannya, kalau seandainya dia
tidak berubah maka mereka akan hancur, sesungguhnya Allah bisa mengampuni semua
dosa tapi tidak dengan orang sombong, bagaimana dengan kita? Kita doakan semoga
dia dianugerahkan Allah agar bisa memperbaiki dirinya dan diberi hidayah agar
bisa seperti dlu lagi karena itu demi kebaikan kita. Bagaimana dengan rakyat Suriah? Rakyat suriah harus memaafkannya, jadilah seperti yusuf yang memaafkan
saudara-saudaranya, kita akan mengulurkan tangan kita memaafkan mereka," ungkapnya.
Komentar