Yang Paling Kuat Permusuhan Dengan Nabi Muhammad


Berdasarkan Azbabun Nuzul (sebab turun ayat) Al-Kafirun, dan banyak lagi ayat-ayat lain dalam Al-Quran, khithab (penujuan suatu ucapan) lafaz "kafir" BUKAN kepada Yahudi, BUKAN Nasrani, melainkan MUSYRIKIN ARAB SUKU QURAISY yang mengingkari dakwah Rasulullah.

Karena perjuangan nabi Muhammad SAW mendakwahkan Islam mendapat perlawanan paling sengit bukan dari Yahudi, bukan dari Nasrani, tapi dari KAUM MUSYRIKIN ARAB QURAISY KLAN UMMAYAH yang dipimpin oleh Abu Sofyan, ayah dari Muawiyah I (pendiri dinasti Ummayah), yang pada saat itu Abu Sofyan menganggap dakwah Rasulullah menjadi ancaman terhadap kestabilan sosial politik di wilayah Mekah.

Dibawah pimpinan Abu Sofyan, Klan Ummayah MEMERANGI Rasulullah melalui 3 perang besar, yakni Perang BADAR (13 Maret 624 M), perang UHUD (19 Maret 624 M) yang mana Hindun (istri dari Abu Sofyan) memakan organ tubuh Hamzah paman Rasulullah yang syahid di medan perang, dan juga perang KHANDAQ (31 Maret-April 627 M).

Pada saat Rasulullah memerangi Arab Quraish inilah banyak turun ayat, yang mana Allah menyebut Arab Quraish pengingkar dakwah Rasulullah sebagai "KAFIR". Hal ini yang sering disalahpahami oknum Muslim tertentu yang menggunakan asal-asalan ayat-ayat Al-Quran yang seharusnya berdasarkan Azbabun Nuzul DITUJUKAN KEPADA ARAB QURAISH pengingkar dakwah Rasulillah, namun mereka gunakan kepada Nasrani & Yahudi.

Ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman terhadap AZBABUN NUZUL (sebab turun ayat) Al-Quran. Karena banyak ayat dalam Al-Quran meriwayatkan perjalanan Nabi menceritakan PERISTIWA YANG SUDAH TERJADI, dan BUKAN merupakan Nubuah / perintah untuk diterapkan pada masa kini, apalagi secara tekstual & serampangan.

Karena banyak juga ayat-ayat dalam Al-Quran yang merupakan PENGAKUAN ALLAH kepada para ahli kitab baik Yahudi maupun Nasrani yang sering tidak dipahami oleh oknum Muslim tertentu yang hanya memilih ayat-ayat MASA PERANG untuk mensukseskan agenda intoleransi, diskriminasi SARA sampai terorisme mereka.

1. Beberapa Agama Yang Berasal Dari Allah

وَلا تُجادِلوا أَهلَ الكِتابِ إِلّا بِالَّتي هِيَ أَحسَنُ إِلَّا الَّذينَ ظَلَموا مِنهُم ۖ وَقولوا آمَنّا بِالَّذي أُنزِلَ إِلَينا وَأُنزِلَ إِلَيكُم وَإِلٰهُنا وَإِلٰهُكُم واحِدٌ وَنَحنُ لَهُ مُسلِمونَ

Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; TUHAN KAMI & TUHANMU ADALAH SATU." (Al-Quran surat Al-'Ankabut: 46).

2. Pengakuan Allah Kepada Yahudi dan Nasrani

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا

Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka." (Al-Quran surat An-Nisa': 159).

إِنَّا أَنزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُواْ لِلَّذِينَ هَادُواْ وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُواْ مِن كِتَابِ اللّهِ وَكَانُواْ عَلَيْهِ شُهَدَاء

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebab-kan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya." (QS  Al-Maidah: 44).

لَيْسُوا۟ سَوَآءًۭ ۗ مِّنْ أَهْلِ ٱلْكِتَبِ أُمَّةٌۭ قَآئِمَةٌۭ يَتْلُونَ ءَايَتِ ٱللَّهِ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ

Mereka tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang)." (QS. Ali Imran: 113).

3. Yahudi dan Nasrani Baik Bisa Masuk Surga

إِنَّ الَّذينَ آمَنوا وَالَّذينَ هادوا وَالنَّصارىٰ وَالصّابِئينَ مَن آمَنَ بِاللَّهِ وَاليَومِ الآخِرِ وَعَمِلَ صالِحًا فَلَهُم أَجرُهُم عِندَ رَبِّهِم وَلا خَوفٌ عَلَيهِم وَلا هُم يَحزَنونَ

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al Baqarah: 62).

Makna ayat ini sangat jelas, ayat ini menegaskan bahwa keselamatan pada hari akhirat akan dicapai oleh semua kelompok agama, tapi dengan satu syarat memenuhi kaidah iman kepada Allah, hari akhir, dan amal shaleh.

Ahli kitab yang berperilaku lurus itu adalah mereka yang konsekuen dengan ajaran kitab serta nabi mereka (sebelum Nabi Muhammad), yang kemudian beriman dan membenarkan Nabi Muhammad SAW (memeluk Islam).

Ahli Kitab terbagi atas: 

1.   BANI ISRAEL, Adalah keturunan Nabi Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim AS. Sebagian mereka masuk Agama Nabi musa as, sedangkan sebagian lagi masuk agama nabi Isa As (kala itu), mereka ada dalam agama yang benar (diakui hak-hak mereka dengan penarikan pajak sebagai jaminan keselamatanya dan hukum menikahi dan makan daging sembelihannya adalah halal).

2.     SELAIN BANI ISRAEL Mereka terbagi atas:

Sekelompok orang yang yang masuk nasrani sebelum terjadinya perubahan kitab, seperti orang RUM, hukumnya seperti orang-bani Bani israel.

Sekelompok orang yang masuk Nasrani setelah terjadinya perubahan, mereka tidak berada pada jalan kebenaran dan tidak berpegang pada kitab yang akurat maka tidak diakui hak-hak mereka dengan penarikan pajak sebagai jaminan keselamatanya dan hukum menikahi dan makan daging sembelihannya adalah tidak boleh.

Sekelompok orang yang diragukan apakah dia masuk nasrani setelah terjadi perubahan ataukah belum, seperti orang-orang nasrani arab, bani wajj, fihr, dan tsa'lab maka Khalifah Umar ragu dalam memutuskannya, kemudian bermusyawarah dengan para shahabat lalu diakui hak-hak mereka dengan penarikan pajak sebagai jaminan keselamatanya tapi hukum menikahi dan makan daging sembelihannya adalah tidak boleh. (Hawi Alkabir IX: 572)

Sedangkan Shabi’in, sebagian ulama berpendapat, di antaranya, Abdullah Ibnu Wahb mengatakan bahwa Abdur Rahman Ibnu Zaid pernah berkata, “Shabi’in adalah pemeluk suatu agama yang tinggal di Maushul. Mereka mengatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tetapi mereka tidak mempunyai kitab dan nabi kecuali hanya ucapan “tidak ada Tuhan selain Allah.”

Wallahu A'lam Bishawab

No comments

Powered by Blogger.