Ta'rif Istilah Yang Sering Ditemui Dalam Kitab Nahwu
Untuk memahami suatu ilmu dengan baik maka
kita harus memahami terlebih dahulu setiap istilah yang digunakan dalam
ilmu tersebut. Karena adakalanya suatu kata itu menggunakan makna harfiah dan
terkadang bermakna isthilahi.
Pemahaman teks saja tentu tidak cukup
karena rentan dengan kesalahpahaman jika tanpa pertimbangan makna kontekstual
melalui dilalah atau petunjuk khusus yang menunjuki makna
kontekstual. Pemahaman hanya melalui teks berarti hanya pengamatan terhadap
jasad fisik saja dan tidak menembus ruhnya. Karena teks itu bagaikan jasad
fisik sedangkan makna bagaikan ruh. Untuk memahami haqiqat suatu kalam maka
pemahaman seseorang terhadap suatu kalam harus menembus dinding jasad fisik
tersebut, kemudian barulah ia akan memahami makna sebenarnya dari kalam
tersebut.
Tidak patut memutuskan atau menghukumi
maksud suatu kalam tanpa memahami terlebih dahulu kata-kata yang terkandung
dalam kalam tersebut karena al-Hukmu far’un ‘an tashawwurih yang
berarti menetapkan maksud suatu kalam itu merupakan tindak lanjut dari memahami
lafaz-lafaz yang terkandung dalam kalam tersebut. Berikut ini adalah lanjutan
pemaparan definisi ringkas dari istilah-istilah yang sering dijumpai dalam ilmu
nahwu.
1) Arti I’rab, ialah:
تَغْيِيْرُ أَوَاخِرِ اْلكَلِمِ لِاخْتلِاَفِ
اْلعَوَامِلِ اَلدَّاخِلَةِ عَلَيْهَا لَفْظاً أَوْ تَقْدِيْراً
Perubahan akhir kalimat karena perbedaan
amil yang masuk, baik secara lafadz maupun secara perkiraan.
2) Arti Bina, ialah:
لُزُوْمُ أَوَاخِرِ اْلكَلِمِ حَرَكَةً أًوْسُكُوْنًا
Kata yang huruf akhirnya senantiasa tetap
(tidak berubah), baik harakat maupun sukunnya.
3) Arti Isim Mufrad, ialah:
مَا لَيْسَ مُثَنًّي وَلَا مَجْمُوْعًا وَلَا مُلْحَقاً
بِهِمَا وَلاَ مِنَ اْلأَسْمَاءِ الْخَمْسَةِ
Lafadz yang bukan mutsanna, bukan jamak,
bukan mulhaq kepada keduanya, dan bukan pula dari isim asmaul khamsah
4) Arti Jamak Taksir,
ialah:
مَا تَغَيَّرَ عَنْ بِنَاءِ مُفْرَدِهِ
Lafadz yang berubah dari bentuk mufradnya.
5) Arti Jamak Muanats
Salim, ialah:
مَا جُمِعَ بِأَلِفٍ وَتَاءٍ مَزيْدَتَيْنِ
Lafadz yang dijamakkan dengan memakai alif
dan ta yang ditambahkan
6) Arti Mudzakar
Salim, ialah:
مَا دَلَّ عَلىَ الْجَمْعِيَّةِ بِوَاوٍ وَنُوْنٍ فِي
آخِرِهِ فِي حَالَةِ الرَّفْعِ وَيَاءٍ وَنُوْنٍ فِي حَالَتَيْ النَّصْبِ
وَاْلجَرِّ
Lafadz yang menunjukan kepada bentuk jamak
dengan memakai wawu dan nun bilamana dalam keadaan rafa’ sedangkan ya dan nun
bilamana dalam keadaan nashab dan jar.
7) Arti Asmaul Khamsah, ialah:
مَا دَلَّ عَلىَ مُفْرَدٍ جَرَي مَجْرَي جَمْعِ مُذَكَرِ
السَّالِمِ رَفْعًا وَجَرًّا
Lafadz yang
menunjukan makna mufrad yang menempati
tempatnya jamak mudzakar salim ketika rafa’ dan jar.
8) Arti Isim
Tasniyah, ialah:
مَا دَلَّ عَلىَ اثْنَيْنِ بِألِفٍ وَنُوْنٍ فِي آخِرِهِ
فِي حَالَةِ الرَّفْعِ وَيَاءٍ وَنُوْنٍ فِي حَالَتَيْ النَّصْبِ وَاْلجَرِّ
Lafadz yang menunjukan dua dengan memakai
alif dan nun pada huruf akhirnya bilamana dalam keadaan rafa’, sedangkan ya dan
nun bilamana dalam keadaan nashab dan jar.
9) Arti Af’aul Khamsah, ialah:
كُلُّ
فِعْلِ مُضَارِعٍ اِتَّصَلَ بِهَ ضَمْيْرُ تَثْنِيَةٍ اَوْ ضَمِيْرُ جَمْعٍ اَوْ
ضَمِيْرُ اْلمُؤَنَثَةِ اْلمُخَاطَبَةِ
Setiap fi’il
mudhari’ yang bertemu dengan alif dhamir tasniyah, wawu dhamir jamak atau ya’
dhamir muanats mukhatabah.
10) Arti Isim Ghairu
Munsharif, ialah:
كُلُّ
اسْمٍ إِشْبَهَ اْلفِعْلَ فِي اشْتمِاَلِهِ عَلَي عِلَّتَيْنِ فَرْعِيَّتَيْنِ
اَلْأُوْلَي تَرْجِعُ إِليَ الَّلفْظِ وَاْلأُخْرَي تَرْجِعُ إِلَي اْلمَعْنَي
أَوْ عِلَّةٍ وَاحِدَةٍ تَقُوْمُ مَقَامَ اْلعِلَّتَيْنِ
Setiap isim yang menyerupai fi’il yang
mempunyai dua illat far’iyyah yang satu kembali pada lafazh dan yang lain
kembali pada maknanya, atau satu illat yang menduduki tempat dua illat.
11) Arti Sighat Muntahal Jumuk, ialah:
كُلُّ
جَمْعٍ مُكَسَّرٍ بَعْدَ أَلِفٍ تَكْسِيْرُهُ بِحَرْفَانِ اَوْ ثَلاَثةِ أَحْرُفٍ
وَأَوْسَطُهَا سَاكِنٌ
Setiap jamak
taksir yang setelah alif berupa dua huruf hidup semua atau tiga huruf tengahnya
mati.
12) Arti Isim Maqshur,
ialah:
اَلْإِسْمُ
اْلمُعْرَبُ اَلَّذِىْ آخِرُهُ أَلِفٌ لَازِمَةٌ
Isim mu’rab yang
berakhiran alif lazimah (alif yang tetap).
13) Arti Isim Manqush,
ialah:
اَلْإِسْمُ اْلمُعْرَبُ اَلَّذِىْ آخِرُهُ يَاءٌ
لَازِمَةٌ مَكْسُوْرٌ مَا قَبْلَهَا
Isim mu’rab yang
berakhiran ya lazimah (ya yang tetap) yang sebelumnya berbaris kasrah.
14) Arti Isim Dhahir,
ialah:
مَا
دَلَّ عَلَي مُسَمَّاهُ بِلاَ قَيِّدٍ
Lafadz yang
menunjukan kepada yang disebutkan tanpa qayid (ikatan).
Seperti nama orang atau barang.
15) Arti Isim Dhamir,
ialah:
مَا
دَلَّ عَلَي مُتَكَلِّمٍ اَوْ مُخَاطَبٍ اَوْ غَائِبٍ
Lafadz yang menunjukan kepada pembicara
(mutakallim), atau kepada yang diajak bicara (mukhatab), atau kepada yang ghaib.
16) Arti Fa’il, ialah:
اَلْاِسْمُ
اَلْمَرْفُوْعُ اَلْمَذْكُوْرُ قَبْلَهُ فِعْلُهُ
Isim marfu’ yang
disebutkan terlebih dahulu fi’ilnya.
17) Arti Naibul Fa’il,
ialah:
اَلْاِسْمُ
اَلْمَرْفُوْعُ اَلَّذِيْ لَمْ يُذْكَرْ مَعَهُ فَاعِلُهُ
Isim marfu’ yang
tidak disebutkan fa’ilnya
18) Arti Mubtada,
ialah:
اَلْاِسْمُ
اَلْمَرْفُوْعُ اَلْعَارِيْ عَنِ اْلعَوَامِلِ الَّلفْظِيَّةِ
Isim marfu’ yang
bebas dari amil lafazh
19) Arti Khabar, ialah:
اَلْاِسْمُ
اَلْمَرْفُوْعُ اَلْمُسْنَدُ إِلَيْهِ
Isim marfu’ yang
di-musnad-kan (disandarkan) kepada mubtada
Bersambung. Insya Allah..
Komentar