Definisi Istilah Yang Sering Ditemukan Dalam Kitab Nahwu
Barang siapa menguasai satu disiplin ilmu,
maka ia akan mendapatkan petunjuk untuk mencapai ilmu-ilmu yang lain.
Itulah maqalah yang ditanamkan oleh Imam
Kisa’i, “Imam orang-orang Kufah“ kepada murid-muridnya. Orang muslim yang
bermaksud menyelami ajaran Islam yang sebenarnya dan lebih mendalam, tiada
jalan lain kecuali harus menggali dari sumber aslinya, yaitu al-Qur’an dan
as-Sunnah Rasulullah SAW.
Oleh karena itu, menurut Qaidah hukum Islam, mengerti akan ilmu nahwu dan
sharaf bagi mereka yang ingin memahami al-Qur’an dan as-Sunnah hukumnya fardhu
‘ain. Namun fardhu kifayah pada umumnya, artinya penduduk di suatu perkampungan
terbebas dari tuntutan ketika sudah ada sebagian orang dari perkampungan itu
yang mempelajarinya. Namun jika tidak ada sama sekali yang mempelajarinya maka
seluruh penduduk yang mukallaf dari perkampungan tersebut menanggung
dosa.
1) Arti Kalam, ialah:
اَللَّفْظُ اَلْمُرَكَّبُ اَلْمُفِيْدُ بِاْلوَضْعِ
Lafadz yang
tersusun lagi bermakna
lengkap atau memberi faedah
secara sengaja
2) Arti Kalimah,
ialah:
اَللَّفْظُ اَلْمَوْضِعُ لِمَعْنَي وَاحِدٍ
Suatu lafadz yang
digunakan untuk menunjukan makna yang bersifat tunggal.
3) Arti Kalim, ialah:
اَلَّلفْظُ
اَلْمُرَكَّبُ مِنْ ثَلَاثِ كَلِمَاتٍ فَأَكْثَرَ سَوَاءٌ اَفَادَ نَحْوُ:
اَلْعِلْمُ يُرَقِّيْ اَلْإِنْسَانَ اَوْ لَمْ يُفِدْ نَحْوُ لَوْ ارْتَقَي
اَلْإِنْسَانُ.
Lafadz yang tersusun dari tiga kalimah
atau lebih, baik sudah memberikan pemahaman maupun belum memberikan pemahaman.
4) Arti Lafadz,
ialah:
اَلصَّوْتُ اْلمُشْتَمِلُ عَلَي بَعْضِ الْحُرُوْفِ
اْلهِجَائِيَةِ
Suara (ucapan)
yang mengandung sebagian huruf hijaiyah.
5) Arti Murakkab, ialah:
مَا تُرُكِّبَ مِنْ كَلِمَتَيْنِ
فَأَكْثَرَ
Ucapan yang
tersusun atas dua kalimah atau lebih.
6) Arti Mufid, ialah:
مَا اَفَادَ فَائِدَةً يَحْسُنُ السُّكُوْتُ مِنَ الْمُتَكَلِّمِ
وَالسَّامِعِ عَلَيْهَا
Ungkapan berfaedah
yang dapat memberikan pemahaman sehingga pendengarnya merasa puas, dalam artian sudah patut bagi yang
berkalam (mutakallim) untuk diam dan pendengar tidak berhajat untuk bertanya
tentang apa yang mesti diucapkan mutakkalim setelahnya.
7) Arti Wadha’, ialah:
جَعْلُ الَّلفْظِ دَلِيْلاً عَلَي
مَعْنًى
Menjadikan lafadz
agar menunjukan suatu makna (pengertian).
8) Arti Isim, ialah:
كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَي مَعْنًى فِيْ نَفْسِهَا وَلَمْ
تَقْتَرِنْ بِزَمَانٍ وَضْعًا
Kalimah (kata)
yang menunjukan makna mandiri dan tidak disertai dengan pengertian zaman.
9) Arti Fi’il, ialah:
كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَي مَعْنًى فِيْ نَفْسِهَا
وَاقْتَرَنَتْ بِزَمَانٍ وَضْعًا
Kalimah (kata)
yang menunjukan makna mandiri dan disertai dengan pengertian zaman.
10) Arti Huruf, ialah:
كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِيْ غَيْرِهَا
Kalimah (kata)
yang menunjukan makna apabila digabungkan dengan kalimah lain.
11) Arti Fi’il Madhi,
ialah:
مَا دَلَّ عَلَى حَدَثٍ مَضَى وَانْقَضَى
Lafadz yang
menunjukan suatu kejadian (perbuatan) yang telah berlalu dan selesai.
12) Arti Fi’il Mudhari’, ialah:
مَا دَلَّ عَلىَ حَدَثٍ يَقْبَلُ الْحَالَ
وَاْلإِسْتِقْبَالَ
Lafadz yang
menunjukan suatu kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan
datang.
13) Arti Fi’il Amar,
ialah:
مَا دَلَّ عَلَى حَدَثٍ فِى اْلمُسْتَقْبَلِ
Lafadz yang
menunjukan kejadian (perbuatan) pada masa yang akan datang atau yang akan
dikerjakan (kalimat perintah).
Bersambung, Insya
Allah..
Komentar