Keyakinan Tentang Hukum Sebab Akibat Dalam Islam






Apabila seseorang bertanya pada
orang lain, apakah malam ini baik untuk di gunakan akad nikah atau pindah rumah
maka pertanyaan seperti tidak perlu dijawab, karena nabi pembawa syariat
melarang meyakini hal semacam itu dan mencegahnya dengan pencegahan yang
sempurna maka tidak ada pertimbangan lagi bagi orang yang masih suka
mengerjakannya, Imam Ibnu Farkah menuturkan dengan menyadur pendapat Imam Syafi'i




Bila ahli nujum tersebut meyakini bahwa yang menjadikan segala sesuatu
hanya Allah namun Allah kebiasaannya menjadikan sebab akibat dalam segala sesuatu itu maka keyakinan semacam ini tidak apa-apa yang bermasalah dan tercela adalah
bila seseorang berkeyakinan bahwa bintang-bintang dan makhluk lain adalah yang
mempengaruhi akan terjadinya sesuatu itu sendiri (bukan Allah). [Ghayat al
Talkhis al Murad Hal 206].





)مسألة) إذا سأل رجل اخر هل ليلة كذا او
يوم كذا يصلح للعقد او النقلة فلا يحتاج إلي جواب لان الشارع نهي عن اعتقاد ذلك وزجر
عنه زجرا بليغا فلا عبرة بمن يفعله. وذكر ابن الفركاح عن الشافعي انه ان كان المنجم
يقول ويعتقد انه لايؤثر الا الله ولكن أجري الله العادة بأنه يقع كذا عند كذا . والمؤثر
هو الله عز وجل. فهذه عندي لابأس فيه وحيث جاء الذم يحمل علي من يعتقد تأثير النجوم
وغيرها من المخلوقات . وافتي الزملكاني بالتحريم مطلقا. اهـ





Barangsiapa berkeyakinan segala
sesuatu terkait dan tergantung pada sebab dan akibat seperti api menyebabkan
membakar, pisau menyebabkan memotong, makanan menyebabkan kenyang, minuman
menyebabkan segar dan lain sebagainya dengan sendirinya (terlepas dari qudrah
dan iradah Allah) hukumnya kafir dengan kesepakatan para ulama,





Sedangkan berkeyakinan terjadi
sebab kekuatan (kelebihan) yang diberikan Allah di dalamnya menurut pendapat
yang paling shahih tidak sampai kufur tapi fasiq dan ahli bidah seperti
pendapat kaum mu’tazilah yang berkeyakinan bahwa seorang hamba adalah pelaku
perbuatannya sendiri dengan sifat kemampuan yang diberikan Allah pada dirinya,





Namun berkeyakinan yang menjadikan
hanya Allah, hanya saja segala sesuatu terkait sebab akibatnya itu merupakan kelaziman (keterikatan yang tidak dapat dipisahkan) maka dihukumi orang bodoh. (Misalnya seseorang berkata; Setelah mendung selalu terjadi hujan atau sebaliknya. Ia sendiri meyakini bahwa yang menjadikan atau menurunkan hujan itu adalah Allah).





Dan berkeyakinan yang menjadikan
hanya Allah, sedangkan segala sesuatu terkait sebab akibatnya secara kebiasaan
maka dihukumi orang mukmin yang selamat, Insya Allah". (Misal: Biasanya setelah mendung terjadi
hujan, namun tidak mesti hujan setelah mendung).


تحفة المريد ص :
58


فمن اعتقد أن الأسباب
العادية كالنار والسكين والأكل والشرب تؤثر فى مسبباتها الحرق والقطع والشبع والرى
بطبعها وذاتها فهو كافر بالإجماع أو بقوة خلقها الله فيها ففى كفره قولان والأصح أنه
ليس بكافر بل فاسق مبتدع ومثل القائلين بذلك المعتزلة القائلون بأن العبد يخلق أفعال
نفسه الإختيارية بقدرة خلقها الله فيه فالأصح عدم كفرهم ومن اعتقد المؤثر هو الله لكن
جعل بين الأسباب ومسبباتها تلازما عقليا بحيث لا يصح تخلفها فهو جاهل وربما جره ذلك
إلى الكفر فإنه قد ينكر معجزات الأنبياء لكونها على خلاف العادة ومن اعتقد أن المؤثر
هو الله وجعل بين الأسباب والمسببات تلازما عادي بحيث يصح تخلفها فهو المؤمن الناجى
إن شاء الله إهـ




Wallahu A'lam. 

Mbah Jenggot~


No comments

Powered by Blogger.