Tafakkur Sesaat Lebih Utama Daripada Ibadah Setahun






Dan diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sesungguhnya beliau bersabda:






"Tafakkur sesaat lebih utama daripada ibadah setahun."







Al Faqih -semoga Allah meridhainya- berkata :











Jika seseorang mengharapkan untuk mendapatkan fadhilah atau keutamaan tafakkur, maka bertafakkurlah dalam lima perkara:







1. Tafakkur pada ayat-ayat dan tanda-tanda kebesaran  Allah.




2. Tafakkur pada nikmat-nikmat Allah.




3. Tafakkur pada pahala dari Allah.




4. Tafakkur pada siksaan Allah.




5. Tafakkur pada kebaikan-kebaikan Allah kepadanya dan keberpalingannya dari tuntunan Allah.






وَرُوِيَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , أَنَّهُ قَالَ:  )تَفَكُّرُ سَاعَةٍ أَفْضَلُ مِنْ عِبَادَةِ سَنَةٍ(


قَالَ الْفَقِيهُ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ: إِذَا أَرَادَ الْإِنْسَانُ أَنْ يَنَالَ فَضْلَ التَّفَكُّرِ، فَلْيَتَفَكَّرَ فِي خَمْسَةِ أَشْيَاءَ:


أَوَّلُهَا: فِي الْآيَاتِ وَالْعَلَامَاتِ، وَالثَّانِي: فِي الْآلَاءِ وَالنَّعْمَاءِ،




وَالثَّالِثُ: فِي ثَوَابِهِ، وَالرَّابِعُ: فِي عِقَابِهِ، وَالْخَامِسُ: فِي إِحْسَانِهِ إِلَيْهِ وَجَفَائِهِ لَهُ،


فَأَمَّا التَّفَكُّرُ فِي الْآيَاتِ وَالْعَلَامَاتِ فَأَنْ يَنْظُرَ فِي قُدْرَةِ اللَّهِ تَعَالَى، فِيمَا خَلَقَ اللَّهُ تَعَالَى مِنَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَطُلُوعِ الشَّمْسِ مِنْ مَشْرِقِهَا، وَغُرُوبِهَا فِي مَغْرِبِهَا، وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَفِي خَلْقِ نَفْسِهِ كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى :


) وَفِي الأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُونَ: الذاريات: 20-21)





فَإِذَا تَفَكَّرَ الْعَبْدُ فِي الْآيَاتِ وَالْعَلَامَاتِ يَزِيدُ بِهِ يَقِينًا وَمَعْرِفَةً 





Adapun tafakkur pada ayat-ayat dan tanda-tanda keagungan Allah adalah dengan merenungkan kekuasaan Allah ta'ala dalam ciptaan-Nya, misalnya langit, bumi, terbitnya matahari dari timur, tenggelamnya matahari di barat, pebedaan saing dan malam dan pencptaan dirinya sendiri sebagaimana firman Allah ta'ala:





"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin,


dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan? "


(ad-dzariyat ayat 20-21).





Ketika seorang hamba bertafakkur pada ayat-ayat dan tanda-tanda keagungan Allah, maka dengannya akan menambah keyakinan dan ma'rifat kepada Allah. 





وَأَمَّا التَّفَكُّرُ فِي الْآلَاءِ وَالنَّعْمَاءِ فَأَنْ يَنْظُرَ إِلَى نِعَمِ اللَّهِ تَعَالَى.




وَسُئِلَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ عَنِ الْفَرْقِ بَيْنَ الْآلَاءِ وَالنَّعْمَاءِ فَقَالَ كُلُّ مَا ظَهَرَ فَهُوَ الْآلَاءُ وَمَا بَطَنَ فَهُوَ النَّعْمَاءُ، وَمِثْلُ ذَلِكَ الْيَدَانِ آلَاؤُهُ، وَقُوَّةُ الْيَدَيْنِ نَعْمَاؤُهُ، وَالْوَجْهُ آلَاؤُهُ، وَحُسْنُ الْوَجْهِ وَالْجَمَالُ نَعْمَاؤُهُ، وَالْفَمُ آلَاؤُهُ، وَطَعْمُ الطَّعَامِ نَعْمَاؤُهُ، وَالرِّجْلَانِ آلَاؤُهُ، وَالْمَشْيُ نَعْمَاؤُهُ فَإِذَا كَانَ لِلْعَبْدِ رِجْلَانِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ قُوَّةُ الْمَشْيِ، فَقَدْ أُعْطِيَ الْآلَاءَ، وَلَمْ يُعْطَ النَّعْمَاءَ، وَالْعُرُوقُ وَالْعِظَامُ آلَاؤُهُ، وَصِحَّتُهَا وَسُكُونُهَا نَعْمَاؤُهُ.




وَقَالَ بَعْضُهُمْ: الْآلَاءُ إِيصَالُ النِّعْمَةِ، وَالنَّعْمَاءُ دَفْعَ الْبَلِيَّةِ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: عَلَى ضِدِّ هَذَا.




وَيُقَالُ: الْآلَاءُ وَالنَّعْمَاءُ وَاحِدٌ.




قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا} [النحل: 18] ، فَإِذَا تَفَكَّرَ الْإِنْسَانُ فِي الْآلَاءِ وَالنَّعْمَاءِ يَزِيدُ الْمَحَبَّةَ،





Adapun tafakkur pada kenikmatan-kenikmatan maka dengan merenungkan nikmat-nikmat Allah ta'ala kepadanya.





Sebagian ulama' bijak ditanyai tentang perbedaan antara al-ala' dan an na'ma' (arti ala' dan na'ma' adalah sama, yaitu nikmat-nikmat Allah), kemudian dia berkata:





"Semua kenikmatan yang terlihat maka disebut al-ala dan semua kenikmatan yang bersifat batin maka disebut na'ma."





Misalnya kedua tangan, kedua tangan adalah ala' pemberian Allah dan kekuatan kedua tangan adalah na'ma' pemeberian Allah, wajah adalah ala' ciptaan Allah dan indah serta bagusnya wajah adalah na'ma' pemberian Allah, mulut adalah ala' ciptaan Allah dan bisa merasakan makanan adalah na'ma' pemberian Allah, kedua kaki adalah ala' Ciptaan Allah dan bisa berjalan adalah na'ma' karunia Allah swt.





Ketika seorang hamba mempunyai dua kaki tapi tidak punya kekuatan untuk berjalan maka dia telah diberi ala' dan tidak diberi na'ma'.





Otot-otot tubuh dan tulang-tulang adalah ala' ciptaan Allah sedangkan sehat dan tenangnya otot dan tulang adalah na'ma' anugerah Allah.





Sebagian ulama' berkata: al-ala' adalah mendapat nikmat dan an-na'ma' adalah terhindar dari bala.


Sebagian ulama lain berkata sebaliknya.





Dan dikatakan pula bahwa al-ala' dan an-na'ma' adalah memiliki makna yang sama tanpa perbedaan.





Allah ta'ala berfirman:


"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya."




(An-Nahl ayat 18).





Ketika seorang hamba bertafakkur pada nikmat-nikmat Allah maka akan bertambah rasa mahabbah atau kecintaan kepada Allah.





وَأَمَّا التَّفَكُّرُ فِي ثَوَابِهِ فَهُوَ أَنْ يَتَفَكَّرَ فِي ثَوَابِ مَا أَعَدَّ اللَّهُ لِأَوْلِيَائِهِ، فِي الْجَنَّةِ مِنَ الْكَرَامَاتِ، فَإِنَّ التَّفَكُّرَ فِي ثَوَابِهِ يَزِيدُهُ رَغْبَةً فِيهَا، وَاجْتِهَادًا فِي طَلَبِهَا، وَقُوَّةً فِي طَاعَةِ رَبِّهِ،




وَأَمَّا التَّفَكُّرُ فِي عِقَابِهِ، فَهُوَ أَنْ يَتَفَكَّرَ فِيمَا أَعَدَّ اللَّهُ لِأَعْدَائِهِ فِي النَّارِ مِنَ الْهَوَانِ، وَالْعُقُوبَةِ، وَالنَّكَالِ، فَإِنَّ التَّفَكُّرَ فِي ذَلِكَ يَزِيدُهُ رَهْبَةً، وَيَكُونُ لَهُ قُوَّةٌ عَلَى الِامْتِنَاعِ مِنَ الْمَعَاصِي





Adapun tafakkur pada pahala-Nya adalah dengan merenungkan pahala yang telah dijanjikan Allah kepada kekasih-kekasih Nya di syurga, yaitu berupa kemuliaan-kemuliaan.





Karena sesungguhnya tafakkur pada pahala-Nya bisa menambah rasa senang pada pahala dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya serta bisa menambah kekuatan dalam ketaatan kepada Tuhannya.





Adapun tafakkur pada siksaan-Nya adalah dengan merenungkan apa yang telah Allah ancamkan kepada musuh-musuhNya di neraka kelak, yaitu kehinaan, siksaan dan malapetaka.





Karena sesungguhnya dengan mentafakkuri atau merenungkan hal tersebut bisa menambah rasa takut dan ini bisa menjadi kekuatan untuk mencegah kemaksiatan.






وَأَمَّا التَّفَكُّرُ فِي إِحْسَانِهِ إِلَيْهِ، فَهُوَ أَنْ يَتَفَكَّرَ فِي إِحْسَانِ اللَّهِ تَعَالَى، وَهُوَ مَا سَتَرَ عَلَيْهِ مِنْ ذُنُوبِهِ، وَلَمْ يُعَاقِبْهُ بِهَا، وَدَعَاهُ إِلَى التَّوْبَةِ، وَيَنْظُرُ فِي جَفَاءِ نَفْسِهِ كَيْفَ تَرَكَ أَوَامِرَهُ، وَارْتَكَبَ مَعَاصِيهِ، فَإِنَّ التَّفَكُّرَ فِي ذَلِكَ يَزِيدُ الْحَيَاءَ وَالْخَجَلَ، فَإِذَا تَفَكَّرَ فِي هَذِهِ الْخَمْسَةِ أَشْيَاءَ، فَهُوَ مِنَ الَّذِينَ قَالَ فِيهِمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ( تَفَكُّرُ سَاعَةٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سَنَةٍ ( وَلَا يُتَفَكَّرُ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ فَإِنَّ التَّفَكُّرَ، فِيمَا سِوَى ذَلِكَ وَسْوَسَةٌ.






Adapun tafakkur pada kebaikan-kebaikan Allah kepadanya adalah dengan metenungkan kebaikan Allah ta'ala yaitu dosa-dosa yang telah Allah tutupi (dimaafkan) dan tidak disiksa sebabnya, dan Allah mengajaknya untuk bertaubat.





Serta dengan melihat pada keberpalingan dirinya sendiri dari Allah, bagaimana dia meninggalkan perintah Allah dan melakukan maksiat kepada Allah, padahal Allah sangat baik kepada makhluk mau mentaatinya.





Karena sesungguhnya tafakkur dalam hal ini bisa menambahkan rasa malu kepada Alah.





Ketika seorang hamba bertafakkur pada kelima hal ini maka dia termasuk orang yang Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata di dalamnya:





"Tafakkur sesaat itu lebih baik daripada ibadah setahun."





Dan janganlah engkau tafakkur pada selain lima ini, karena tafakkur pada selain ini bisa menyebabkan was-was.





Dinukil dari kitab Tambihul Ghafilin Abul Laits As Samarqandi







Wallahu a'lam.




No comments

Powered by Blogger.