Apakah Nabi Mewajibkan Penegakkan Daulah Islamiyah?
Penulis hanya ingin menyampaikan beberapa inti materi muhadharah Syaikh Al Buthi di Malaysia tahun 2010 silam. Semoga saja tidak melenceng dari apa yang
dimaksud, dan tentu semoga bermanfaat buat semua. Āmīn Yā Rabbal 'Ālamīn.
POIN-POIN-NYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
Mengenai pertanyaan; "Bagaimana kita semestinya
memikirkan langkah-langkah strategis demi tegaknya Daulah Islāmiyyah (Negara
Islam)?” bila dicermati, pertanyaan ini sungguh (jauh) melampaui zaman-nya.
Ketika sebagian disibukkan dengan mengatur strategi dan
agenda untuk menegakkan Daulah Islāmiyyah, kesibukan mereka justeru membuat
mereka lupa dengan peranan yang lebih penting; yaitu peranan "pembangunan pondasi
yang kokoh". Ini yang banyak terjadi saat ini.
Sebetulnya untuk menjawab "pertanyaan" ini, kita
harus kembali pada zaman Nabi Muhammad shallallāhu 'alaihi wa sallam, kita
terasa hadir menyaksikan kehidupan Nabi, dan kita coba bertanya:
A. Apa kira-kira langkah yang diambil oleh para Sahabat Nabi
Muhammad saw ketika di Makkah, untuk mempersiapkan penegakan Daulah Islāmiyyah
(di Madinah) nantinya?
B. Apa kira-kira sistem yang digunakan untuk upaya penegakan
Daulah Islāmiyyah (di Madinah)?
Jawabannya menurut yang saya (Syaikh Sa'īd Ramadlān Al
Būthy) tahu adalah:
a) Bahwa tidak ada satupun dari Sahabat Nabi yang
melontarkan suatu "opini" dalam persoalan Daulah Islāmiyyah sekaligus
penegakannya, bahkan tidak pernah terlintas di pikiran para Sahabat.
Para
Sahabat Nabi, punya ke-imanan terhadap keNabian (nubuwwah) Nabi Muhammad saw
dan berkeyakinan bahwa apa yang turun-temurun (Al Qur'an) kepada Nabi, adalah
Kalāmullāh (wahyu); Kalam mulia yang berbicara dengan kita, dan mengenalkan
kita atas identitas kita; bahwa kita adalah hamba yang dimiliki oleh Allãh swt.
b) Sesuatu yang menjadi kesibukan (konsentrasi) Mereka para
Sahabat para generasi pertama dari Sahabat Nabi adalah mencari-cari sarana
bagaimana Mereka semakin menemukan eksistensi keIslaman Mereka sendiri. Dan
Mereka menemukan, bahwa sarananya, iyalah di saat Mereka semakin menyadari
ke"hamba"an diri (ubūdiyyah) di hadapan Allãh swt.
Kalau kita menanyakan; apakah Mereka saat di Makkah juga
berjihad untuk membangun daulah Islamiyah melawan kafir quraisy?
Maka jawabannya; bahwa ada Ayat turun di Makkah tentang
jihad, sebelum ada perintah jihad (perang) melawan orang kafir; iyalah bagaimana muslim bisa berjihad
melawan hawa nafsunya; bagaimana bisa mengendalikan keinginan nafsu,
agar menjadi terbebas dari kekangan hawa nafsu, menuju sifat ke-hamba-an di
hadapan Allãh swt.
Dari ini kita faham, bahwa sebelum Mereka berada di Madinah
dan mempunyai Daulah, itu artinya di saat Mereka di Makkah, kenyatannya Mereka
tidak pernah melontarkan "pertanyaan" semacam ini.
Nabi dan para Sahabat Nabi selama di Makkah tiga belas
tahun, tersiksa.
Pertanyaannya sekarang; apakah orang kafir yang menyiksa itu karena
"keberatan" dengan rencana-rencana umat Islam saat itu, untuk
menegakkan Daulah Islam?
Jawabannya: "Tidak!"
Dan apakah setelah Nabi di-izinkan oleh Allãh untuk hijrah
Nabi dan para Sahabat pernah berfikir untuk mendirikan Daulah di Madinah
melalui hijrah?
Jawabannya tetap: "Tidak!"
Intinya kondisi umat Islam saat itu bahwa mereka menyadari
betul ke-Tuhan-an Allãh, dan menyadari ke-hamba-an diri-Nya, dan Mereka konsentrasi menjalankan
apapun yang menjadi kewajiban Mereka dari Tuhan Mereka untuk Mereka,
keluarga Mereka, yakni menunaikan perintah Allãh swt.
Dengan sebab inilah umat Islam menemukan penyiksaan yang
keji dari kaum musyrikin. Kemudian Mereka menginginkan tempat yang nyaman bagi
Mereka untuk menunaikan perintah Allãh, maka Mereka hijrah.
Pemahaman sepeti inilah yang seharusnya diketahui oleh kita
yang menyerukan dakwah di jalan Allãh, dan ber"mimpi" untuk
menegakkan Daulah Islāmiyyah.
Mungkin di antara kita ada yang berfikir; bahwa Nabi tidak
lama setelah berada di Madinah pasca hijrah, ditegakkanlah Daulah Islāmiyyah di
sana? Bukankah ini pertanda bahwa para Sahabat memang sedang mewujudkan
mimpi-Nya untuk menegakkan Daulah? Dan Mereka memang sudah merencanakan itu
semua?
Jawabannya: "Tidak! Saudara sekalian." Wujudnya
atau lahirnya Negara Madinah Al
Munawwarah yang penuh nilai Islam adalah "HADIAH" langsung dari Allãh untuk Mereka yang tidak direncankan
sebelumnya, sebagai balasan setimpal atas bangkitnya Mereka dalam menjalankan kewajiban Mereka, yang
Allãh telah perintahkan pada Mereka, baik ritual agama berupa ibadah mahdhah maupun bermuamalah
atau membentuk kehidupan sosial dengan baik.
Selain itu juga sebagai balasan yang setimpal atas kesabaran Mereka menanggung berbagai
ujian yang menyakitkan. Dan balasan atas kokohnya hubungan dan kerjasama Mereka
sebagai wujud persaudaraan sesama Islam, yang memang disenangi oleh Allãh swt.
(Ahmad Nuriz Zain Tibyan)
Komentar