Pendapat Lemah Tentang Rakaat Shalat Tarawih








Di sana ada pendapat yang dha’if yang tidak bisa di jadikan sebagai Hujjah (pegangan), bahwa Bilangan Rakaat Shalat Tarawih adalah 8 Rakaat, mereka berdalil dengan Dalil-dalil berikut ini.



1. Di keluarkan oleh Imam Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah, dalam Kitab Shahih nya, dari Sayyidina Jabir.



أنه صلى الله عليه وسلم صلى بهم ثمان ركعات الوتر ثم انتظروه في القابلة يخرج إليهم



Sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan Shalat Taraweh bersama para Sahabat sebanyak delapan Raka’at kemudian Shalat Witir, kemudian mereka menunggu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam keluar di malam berikutnya”.



Namun dalam sanad nya terdapat Isa bin Jaariyah, Ibnu Mu;in mengomentari bahwa dia terdapat banyak kemungkaran, dan Imam Daud juga berkomentar tentang nya, “ Hadist Yang Mungkar” Ibnu ‘adi juga berkomentar tentang nya “ Bahwa Hadist nya tidak terpelihara” dan begitu pun juga, As-saji dan Al-uqoiliy menyebutkan di dalam kitab “ Ad-du’afa”



Cek dalam Kitab At-tahdzib oleh Ibnu Hajar, Juz 8 hal 207, di dalam nya terdapat Ya’qub bin Abdullah Al-qummi, Berkata Ad-daraqudni, dia adalah orang yang tidak kuat ingatan nya.”



2. Adalah Hadist yang telah di riwayatkan oleh Bukhari dan muslim dari Sayyidatina Aisyah Radhiyallahu anha, Katanya:



ما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يزيد في رمضان ولا في غيره على احدى عشر ركعة " وقالوا : هذه الأحدى عشر ركعة هي ثمان للتراويح وثلاث للوتر



Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, tidak menambahkan shalat di dalam Bulan Ramadhan maupun di luar Bulan Ramadhan melebihi dari 11 Rakaat, mereka berkata, 11 Rakaat ini adalah 8 Rakaat shalat tarawih dan 3 Rakaat shalat witir.



BANTAHAN PARA ULAMA TERHADAP DALIL DI ATAS SEBAGAI BERIKUT



Hadist pertama yang di Riwayatkan oleh ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah, dari Jabir bin Abdullah, adalah sangat Dha’if. oleh itu tidak Boleh di Jadikan sebagai Hujjah, oleh Karena nya Imam As-sha’ani berkata, mengutip dari imam Az-zarkasi dalam Kitab Al-khadim. “bahkan yang di tetapkan dalam pendapat yang Shahih adalah melaksanakan Shalat tanpa menuturkan Bilangan Banyak rakaat nya.” (Subulussalam juz 2 hal 10).



Adapun Hadist yang kedua Yang telah di Riwayatkan oleh Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu anha, Juga tidak dapat dijadikan hujjah dengan alasan berikut:



1. Adalah Ucapan beliau bahwa Baginda Nabi tidak pernah lebih Dari 11 Rakaat di dalam Bulan Ramadhan maupun di Luar Bulan Ramadhan, yang di maksud adalah Shalat Witir dan Bukan Shalat Tarawih. Karena Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam meskipun beliau shalat Witir 3 Rakaat akan tetapi tidak sesuai dengan kedudukan atau maqam nya Nabi, yang Sesuai adalah lebih banyak dari itu, dan Beliau yang yang mencegah Ummat nya untuk melaksanakan Shalat witir 3 Rakaat. Sebagaimana Yang telah di riwayatkan oleh Abu hurairah Radhiyallahu anhu, Bahwasanya Baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 



لا توتروا بثلاث، أوتروا بخمس أو سبع " الحديث " رواه الدار قطني باسناده


Janganlah engaku Berwitir dengan 3 Rakaat, melainkan Berwitirlah dengan 5 atau 7 Rakaat, (HR. Ad-daraqudni dengan sanad nya).

Semua Perawinya dianggap Tsiqah, lantas bagaimana Baginda Nabi shallallau alaihi wa sallam senantiasa Shalat witir 3 Rakaat, atau kebanyakan nya 3 rakaat, sementara beliau sendiri yang mencegah Kaum muslimin shalat Witir 3 Rakaat? Ini sangat Jauh dari kesempurnaan dan kecintaan nya Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam Kepada perbuatan Ibadah.

Berkata Imam At-turmudzi, Telah diriwayatkan Dari baginda nabi Shallahu alaihi wa sallam. Bahwa Shalat witir adalah dengan 13, atau 11, atau 9, atau 7, atau 5, atau 3 , dan atau satu Rakaat. Jika witirnya Baginda nabi Shallallahu alaihi wa sallam di Luar Bulan Ramadhan adalah 13 Rakaat, atau 11 Rakaat, atau 9, atau 7, atau 5 Rakaat, apa ada kelayakan beliau melaksanakan Shalat Witir di Buan Ramadhan dengan 3 Rakaat saja? Hal seperti itu tentu Jauh, Hal ini Menguatkan bahwa Pernyataan Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu anha, dengan 11 Rakaat, Yag di maksud adalah Shalat Witir.

2. Riwayat Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu anha adalah berbeda-beda, Ada Riwayat yang menjelaskan bahwa baginda Nabi tidak menambahkan Shalat 11 rakaat di bulan ramadhan maupun di luar Bulan Ramadhan.

Ada juga sebuah Riwayat yang di Keluarkan oleh imam Bukhari dan Muslim, bahwa Baginda Nabi melaksanakan shalat malam 10 Rakaat dan dengan satu kali witir.

Dalam sebuah Riwayat lagi, bahwa Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam Shalat 13 Rakaat, kemudian ketika mendengar Nida’ beliau Shalat ringan dengan dua rakaat, jika di tambah maka jadinya 15 Rakaat.

Berkata Pengarang Kitab Subulussalam, “Ketahuilah sesungguhnya Riwayat Yang datang dari Siti Aisyah Radhiyallahu anha adalah berbeda-beda bilangannya, dalam tata cara Shalat baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam di waktu malam, ada Riwayat yang menyatakan 7 Rakaat, ada yang menyatakan 9 dan 11 rakaat selain shalat sunnah fajar, dan Riwayat-riwayat tersebut telah di sebutkan sebelumnya.”

Hal ini menguatkan bahwa Shalat malam Yang di Riwayatkan oleh sayyidatuna Aisyah radhiyallahu anha adalah Shalat Witir Nabi, Bukan Shalat Tarawih, oleh karena nya Imam Al-hafidz Ibnu Hajar Al-asqalani menuturkan Riwayat Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu anha tersebut, di dalam kitab Bulughul maram, diletakkan di antara hadist-hadist yang menjelaskan perihal Shalat Witir, karena Hal itu adalah berkaitan.

Oleh karenanya, Perkataan Imam Turmudzi di muhmalkan, telah diriwayatkan dari baginda nabi shallallahu alaihi wa sallam, Witir adalah dengan 13 Rakaat, atau 11, 9, 7, 5, 3 dan 1 Rakaat.

3. Jika di katakan bahwa riwayat Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu anha adalah berkaitan dengan shalat tarawih dan shalat witir, Niscaya bilangan Periwayatan tersebut serta berbeda-bedanya memaksakan kepada sebuah kesimpulan. Bahwa Hadist tersebut tidaklah konsisten, Jika tidak Konsisten maka menjadi sebagai hadist yang dhaif serta tidak bisa dijadikan sebagai hujjah.

4. Jika Riwayat Sayyidatuna Aisyah rhadiyallahu anha berkaitan dengan Shalat tarawih dan shalat witir, maka kami fahami bahwa Shalat Tarawih hanya di tetapkan 8 rakaat saja, dan ikhtilaf nya hanya pada shalat witir, hal ini bertentangan dengan pemahaman Para sahabat, dan bertentangan dengan amal nya para sahabat, padahal telah ditetapkan dengan Shahih bahwa Para sahabat melaksanakan shalat 20 Rakaat pada Masa Umar ibnu khattab, Ustman dan Ali Radhiyallahu anhum, dan selebihnya adalah amal nya penduduk mekkah yaitu 20 Rakaat dan itu berlaku sampai kepada Masa Imam Malik dan imam Syafi’i Rahimahumallah.

Maka tidak masuk Akal baginda Nabi Shalat Tarawih 8 Rakaat kemudian memberi tahukan kepada para sahabat, lantas kemudian Para sahabat ijma’ dengan menyelisih Shalatnya Baginda nabi, dengan melaksanakan Shalat 20 rakaat.

Dan Juga tidak masuk akal Bahwa pengetahuan Sayyidatuna Aisyah radhiyallahu anha atas shalat tarawih baginda Nabi 8 rakaat kemudian beliau diam atas penyimpangan Para sahabat dari Shalat tarawih nya Baginda Nabi. Dengan melakukan shalat tarawih 20 rakaat. Dengan Ini mengukuhkan bahwa periwayatan Sayyidatuna Aisyah adalah berkaitan dengan Shalat Witir, dan bukan Shalat Tarawih, dan itu menunjukkan kesalahan dari pemahaman orang yang menyelisih dari pendapat di atas. 

No comments

Powered by Blogger.