Syeikh Al-Buthi Dan Bashar Assad Tentang Alawiyyin
Dalam satu pertemuan, Presiden Asad curhat kepada Syeikh al-Buthi tentang kampung halamanya latakia, orang syam menamakannya Mantiqah Jabaliyah, mayoritas penduduknya sekte alawiyin atau lebih dikenal dengan nushayriyah.
Doktor, apakah sekarang ada para mahasiswa dari sekte Alawiyin yang belajar di Fakultas Syariah Universitas Damaskus yang anda Pimpin sekarang?
Syeikh al-Buthi menjawab tidak ada satu orangpun, lalu presiden meminta, "apakah anda akan menerima mereka jika saya memberi mereka beasiswa tiap tahun kepada 40-50 pemuda-pemudi berbakat dari Sekte Alawiyin agar bisa masuk ke Fakultas Syariah? Karena masalah yang dihadapi masyarakat di kampung halaman saya adalah jahil (kebodohan), tidak ada yang mengajari mereka, kalau mereka berteman dengan orang sunni mereka jadi sunni, kalau dengan syiah jadi syiah, kalau dengan kristen ya jadi kristen, kalau dengan atheis jadi atheis ini benar-benar membuat saya bersedih, jadi saya sangat berharap anda bisa menerima mereka."
Al-Buthi pun menjawab, "wahai pak presiden seharusnya tanggung jawab kami untuk datang kepada mereka, dan kalau anda mau melakukan itu seharusnya kami yang berterima kasih."
Kemudian di tahun ajaran selanjutnya beasiswa mulai berjalan, sekitar 40-50 mahasiswa utusan dari Sekte Alawiyin terdaftar di Fakultas Syariah, dan suatu hari saat Syeikh al-Buthi keluar dari kelas, salah satu mahasiswi yang menerima beasiswa, mengahampiri beliau dalam keadaan menangis dia bertanya, "Ustadz, saya dengar dari orang-orang bahwa kami Sekte Nushayriyah bukan orang islam, apa benar seperti itu?"
Syeikh al-Buthi bertanya, "bukankah kamu mengucap syahadat?"
"Iya, bahkan saya juga shalat 5 waktu," jawab mahasiswi tadi sambil terus menangis, air mata Syeikh al-Buthi mulai menetes lalu beliau berkata kepada mahasiswi tadi, "kalau begitu kamu seorang muslimah, dan bahkan kamu jauh lebih baik daripada saya, tolong doakan saya!"
Tanpa kita sadari betapa zalimnya kita, kita sadari atau tidak kita sering membuat orang lain merasa kalau mereka tidak pantas menjadi orang islam, dengan mudahnya kita sambil bersender dan minum kopi pahit, lalu update status dan memvonis mereka dengan cap kafir, bajingan, fasik, taghut, dhalim, sesat, tanpa pernah sekalipun kita mencoba berdakwah secara baik-baik kepada mereka, bahkan kita bisa memvonis hanya bermodal info dari youtube, google, dll. Tanpa sekalipun bertemu mereka, atau membaca buku-buku yang menjadi rujukan mereka, selalu katanya, katanya, katanya dan katanya.
Apakah seperti ini ajaran islam? apakah dulu Rasul saw seperti itu ketika berdakwah? Atau jangan-jangan kita sendiri yang sudah sangat jauh dari agama?
Kisah Selanjutnya tentang Obrolan Singkat Mufti Suriah,Syeikh Adnan al Fayouni dengan salah seorang Tokoh Aceh ketika Rombongan Ulama Suriah berkunjung ke Aceh belum lama ini. Berikut obrolannya:
Pada kesempatan bertemu dengan salah seorang ulama mufti Suriah, saya bertanya kepada beliau, apa yang sesungguhnya terjadi di Suriah? apakah benar Assad telah membantai rakyatnya? Beliau menjawab,

Hingga akhirnya ISIS datang merusak negeri kami. Jika kita ingin memahami ISIS, maka kenalilah perbuatannya yang selalu menyerang umat Islam. Tak ada ciri Islam melekat pada mereka.
Rasulullah saja dulu bermuamalah sangat baik dengan lawan-lawannya, walaupun sudah banyak rasa sakit yang dialaminya. Apalagi dengan umat Islam saat fathul Mekkah, saat pembebasan Kota Mekkah. Jadi, tetap tidak dibenarkan dengan kekerasan, seperti yang dilakukan ISIS saat ini.”
(Mufti Suriah Syeikh Adnan al Fayouni)
Komentar