Rizki dan Tawakkal, Di Antara Kisah Hikmah Para Ahlil Fadhl

Tawakkal adalah sebuah kedudukan [maqam] yang dipahami adanya. Tetapi diperlukan kekuatan hati dan keyakinan untuk dapat mengamalkannya. Dari sinilah terlontar kata-kata dari mulut Sahal bin Abdullah :

"Barang siapa yang mengabaikan bekerja (mencari rizki) maka dia telah melukai (meninggalkan) Sunnah. Tetapi siapa yang mengabaikan tawakkal maka dia telah melukai Tauhid."

Jika anda bertanya adakah obat yang yang bermanfaat untuk menghilangkan kecondongan hati terhadap sebab-sebab lahiriyah (dalam urusan rizki) sehingga mampu berbaik sangka kalau Allah (mampu) memudahkan (rizki) dengan sebab-sebab yang samar tiada terduga?

Maka jawabnya adalah, YA.

Yakni anda mesti menyadari bahwa Berburuk sangka (apalagi kepada Allah) adalah bujuk rayu setan dan berbaik sangka adalah ilham dari Allah Ta'ala.

Berkata Allah dalam Alqur'an : 

Assyaythaanu ya'idukumul faqra waya'murukum bil fakhsyya-i Wallahu ya'idukum maghfiratan minhu wa fadhla.

Artinya:
Setan itu menakuti kalian dengan kefakiran [akibat bersedekah] dan mengajak kalian berbuat hina. Dan Allah menjanjikan kepada kalian ampunan serta anugerah [rizki] dari-Nya.

Kebiasaan manusia adalah selalu memikirkan apa saja yang ditakut-takuti oleh setan [sehingga diapun akhirnya menurutinya].

Seseorang yang terlalu menyandarkan dirinya dengan pekerjaan-pekerjaannya menyatu dengan lemahnya keyakinan dan hati penuh ketakutan [atas kefakiran] maka hilanglah seluruh Tawakkal yang ada di dalam dirinya.

Sangat bermanfaat untuk tidak bergantung dengan pekerjaan lahiriyah dan sangat bermanfaat bisa memupuk Husnudz Dzan (berbaik sangka) dengan datangnya rizki dari karunia Allah yang tak terduga yakni menyimak kisah-kisah tentang keajaiban cara Allah, bagaimana Allah memberi rizki kepada mahluk-Nya dan bagaimana Allah dengan tanpa ampun bisa memusnahkan dan menganmbil harta-harta dari orang-orang kaya yang susah payah sudah mengumpulkannya sebelumnya.

Dikisahkan dari Hudhaifah Almar'asyi, pelayan Ibrahim bin Adham, dia ditanya: "Apa yang paling ajaib yang pernah engkau temui bersama Ibrahim?"

Dia menawab: "Dalam perjalanan kami ke Makkah, berhari-hari kami tidak menemui makanan. Saat memasuki kota Kuffah maka kami berteduh di sebuah reruntuhan Masjid di luar kota. Lalu Ibrahim menoleh ke arahku dan bertanya;

"Aku lihat engkau lapar?"

"Benar, seperti yang engkau lihat, Tuan" Jawabku.

"Ambilkan aku kertas dan pena."Perintahnya. Ketika pena dan keras aku serahkan dia menulis:"

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Engkau yang Kami maksud dalam segala Hal. Dan yang kami kehendaki atas segala makna. Inilah sebuah syair :

ANA HAMID ANA SYAKIR ANA DHAKIR # ANA JA-I' ANA DHA-I' ANA 'ARIY

HIYA SITTATUN WA ANADH DHAMINU LINISFIHAA # FAKUNIDH DHAMINU LINISHFIHAA YA BARIY

MADKHI LIGHAYRIKA LAHBU NARIN KHUDHTUHAA # FA AJIR 'ABIIDAKA MIN DUKHULIN NAARI

"Aku si pemuji, aku Yang bersyukur, Aku yang berzikir # Aku Lapar, tersia-sia dan telanjang dada

Enam kalimat itu tiga yang awal aku menanggungnya # Tiga sisanya, tanggunglah Engkau Wahai Zat Pencipta

Pujianku kepada selain-Mu adalah Neraka yang membakarku # Maka selamatkanlah hamba-Mu ini dari siksa Neraka"

Lalu ia berikan kertas itu kepadaku dan berkata: "Pergilah dan jangan kau tautkan hatimu selain kepada Allah sahaja. Berikan kertas ini kepada orang pertama yang engkau temui di jalan."

Maka akupun pergi.

Di tengah jalan seorang lelaki dengan naik keledai melintas. Maka aku segera mengulurkan kertas itu kepadanya. Ketika dia selesai membacanya,.

Tiba-tiba jatuhlah air matanya. dan kemudian dia bertanya :

"Dimanakah lelaki yang menulis di kertas ini?"
"Dia ada di masjid luar kota itu" Jawabku.

Lalu lelaki itu memberiku kantong yang berisi 600 dinar dan kemudian meninggalkanku pergi. Aku bertanya kepada seseorang yang lewat sesudahnya, siapakah lelaki penunggang keledai tadi. Orang yang aku tanya menjawab :

"Dia Fulan, seorang Nasrani"

Maka aku menemui Ibrahim dan aku ceritakan kisahku. Ibrahim berkata :

"Jangan sentuh kantong uang itu. Lelaki itu beberapa saat lagi akan datang kemari."

Benar... beberapa saat kemudian si Nasrani datang menemui kami dan berhambur merangkul Ibrahim bin Adham mencium keningnya dan menyatakan keislamannya.

No comments

Powered by Blogger.