Proses Pembentukkan Bumi Menurut Perspektif Hadits
Foto Bumi yang ditangkap dari ISS (Foto: Twitter/Scott Kelly) |
Diriwayatkan dari Rasulullah saw bahwasanya beliau bersabda: Dahulu Ka’bah adalah bukit kecil di atas air kemudian dibentangkanlah bumi dari (bawah) nya. (An-Nihayah Fi Gharib Al-Hadits wa Al-Atsar, Juz II, hlm. 34-35).
Hadits yang dianggap gharib oleh ulama-ulama dahulu maupun sekarang ini mengandung fakta ilmiah yang belum ditemukan manusia kecuali pada pertengahan dekade 60-an abad 20-an. Setelah usaha keras yang melibatkan ribuan pakar dan waktu yang cukup panjang, dibuktikanlah pada umat manusia bahwa bumi ini pada awal penciptaannya penuh dengan air.
Kemudian Allah menghendaki untuk memuntahkan dasar samudra luas dengan letusan gunung berapi yang terus-menerus memuntahkan lava yang menggumpal satu sama lain, membentuk rentetan pegunungan di tengah samudra belantara ini.
Pegunungan tersebut terus meninggi dan meninggi sampai tampak ke permukaan air yang membentuk daratan pertama dalam bentuk pulau vulkanik yang sekarang tersebar di seluruh samudra, misalnya kepulauan jepang, filipina, indonesia, dan hawai. Sampai sekarang kepulauan-kepulauan vulkanik ini tetap membentuk sebagai puncak-puncak rantai pegunungan samudra.
Dengan terus-menerus berlangsungnya aktivitas gunung berapi, kepulauan vulkanik pertama ini pun berkembang secara bertahap melalui proses pengembangan (memanjang, meluas, meningkat, bertambah, tumbuh karena pergolakan gunung berapi yang berkelanjutan) sehingga terbentuklah benua induk yang dikenal dengan nama Benua Pangaea.
Allah kemudian berkehendak membelah benua induk ini melalui jaringan retakan-retakan dan penyekungan daratan akhirnya mengakibatkan benua ini terbelah menjadi tujuh benua yang kita kenal sekarang ini bahkan antara satu benua dengan yang lain saling menjauh sampai berada pada posisinya sekarang ini.
Proses ini dikenal dengan sebutan “Siklus Samudra dan Daratan.” Dalam proses ini, sebagian dari dasar samudra berubah menjadi daratan oleh letusan gunung berapi yang terus-menerus berulang. Daratan juga membelah dengan proses akibat retakan dan penyekungan daratan bumi menjadi dua bagian yang terpisah oleh lautan yang memanjang seperti Laut Merah bahkan laut ini senantiasa meluas sehingga berubah menjadi samudra.
Sinyalemen Rasulullah saw 14 abad yang lalu; Dahulu Ka’bah adalah bukit kecil di atas air kemudian dibentangkanlah bumi dari (bawah) nya dianggap sebagai fenomena awal ilmiah yang menjadi bukti bahwa beliau menerima wahyu dari Allah dan diajarkan Sang Pencipta Langit dan Bumi karena tidak satu pun manusia pada zaman Nabi saw juga beberapa abad setelahnya yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali baru pada dekade 60-an abad ke-20.
Di luar jangkauan disiplin ilmu kasbi (ilmu yang diperoleh manusia melalui usaha dengan proses belajar), hadits ini menambahkan satu fakta ilmiah lainnya, bahwa daratan di bawah Ka’bah merupakan daratan pertama di bumi. Daratan di bawah Ka’bah merupakan bebatuan tertua di seluruh semesta. Fakta ini belum bisa dibuktikan oleh disiplin ilmu kasbi.
Umat Muslim patut melakukan riset untuk masalah ini dengan menentukan usia bebatuan yang ada di bawahnya melalui unsur-unsur radioaktif yang ada di sana (jika memang ada) sehingga fakta ilmiah ini dapat diajukan kepada dunia seluruhnya.
Jika memang dapat dibuktikan, maka ini akan menjadi prasasti yang tidak terbantahkan di era sains dan teknologi sekarang ini. Juga menjadi bukti otoritatif bagi seluruh manusia dan kesaksian yang menegaskan kenabian Nabi dan Rasul penutup Muhammad saw. sekaligus menjadi bukti yang menegaskan kemuliaan tempat suci ini yang sengaja dipilih Allah swt dengan kemahatahuan-Nya yang melingkupi segala sesuatu untuk menjadi lokasi dibangunnya rumah pertama yang didirikan di muka bumi, sebagai kiblat kaum muslimin, tempat haji dan umrah.
Allah pun melipat gandakan berkah tempat itu dengan menjadikan satu amal kebaikan (shalat) di sana menjadi 100 ribu kali lipat.
Wallahu a'lam
Komentar