Pengertian Jamak Muannas Salim Beserta Wazan dan Contoh














Syeikh
Muhammad bin Ahmad bin Abdul Bari al-Ahdal, cucu dari pengarang kitab Kawakib
ad-Durriyah syarah Mutammimah saat mengunjungi dayah MUDI Mesjid Raya
Samalanga. (gbr: mukhlisuddin.com)





Selain Jamak Taksir dan Jamak Muzakkar Salim, adapula Jamak
Muannas Salim yaitu kalimah yang dijamakkan dengan di tambah alif dan ta di
akhirnya.




هُوَ مَا جُمِعَ بِأَلِفٍ وَتَاءٍ مَزِيْدَتَيْنِ فِى اَخِرِهِ




Contoh: مسامة  menjadi مسلمات        





Jika alif dan ta di akhir kalimah itu bukan tambahan
(ziadah) maka tidak dinamakan  jamak
muannas salim, melainkan jamak taksir ataupun lainnya.





Seperti dalam lafadz  قُضَاةُ  yang asalnya  قُضَيَةٌ  (alif yang terdapat dalam lafadz  قُضَاةُ  adalah “alif” yang diganti dari “ya”).





Syarat suatu lafadz bisa dibuat menjadi jamak muannas salim
ada dua, yaitu :





1.  Memiliki Mufrad





2.  Mengandung Ta’nis
atau Muannas





Ta’nis atau muannas ada tiga macam, yaitu:


Fi al lafdzi wal makna (Ta’nis pada lafadz dan makna) Contoh:  فَاطِمَةُ


Fi al makna faqath (Ta’nis pada maknanya saja) Contoh:   هِنْدٌ


Fi al lafdzi faqath (Ta’nis pada lafadznya saja) Contoh:  طَلْحَةُ


Lafadz yang dijadikan jamak muannas salim, adalah:





a. Isimnya harus isim tsulasi (tiga huruf asal) baik
akhirnya berupa “ta” atau bukan


b. Harus menunjukan makna muannas


c. ‘Ain fi’ilnya harus mati


d. ‘Ain fi’ilnya harus berupa huruf shahih (bukan huruf
illat)





Apabila telah menetapi empat syarat tersebut, maka:





1. Apabila fa fi’il-nya (ketika mufrad) dhummah maka ‘ain
fi’il-nya boleh tiga wajah, yaitu





a. Tabi’, Artinya mengikuti harkat fa fi’il, جُمْلَةٌ contoh جُمُلَاتٌ menjadi


b. Taskin (disukun), contoh  جُمْلَةٌmenjadi  جُمْلَاتٌ


c. Takhfif, Diringankan (diharkati fathah), contoh جُمْلَةٌ
menjadi جُمَلاَتٌ





2. Jika fa fi’ilnya (ketika mufrad) fathah maka ‘ain fi’ilnya
hanya boleh Takhfif (diringankan) dengan harkat fathah. Contoh: حَرْكَةٌ
menjadi حَرَكَاتٌ





3. Jika fa fi’il-nya (ketika mufrad) kasrah, maka ‘ain fi’il-nya
boleh tiga wajah, yaitu:





a. Tabi’, artinya mengikuti harkat fa fi’il, contoh هِنْدٌ menjadi هِنِدَاتٌ  


b. Taskin (disukun), contoh هِنْدٌ menjadi  هِنْدَاتٌ




c. Takhfif (diringankan) dengan harkat fathah, contoh هِنْدٌ
menjadi هِنَدَاتٌ




No comments

Powered by Blogger.