Hukum Dan Keutamaan Shalat Tarawih
Berkata As-syeikh Muhammad Ali As-shabuni, Hafidzahullah ta’ala, di dalam Kitab Al-Hudha An-nabawi: Yang Shahih dalam melaksanakan shalat Tarawih, adalah dilaksanakan di malam -malam bulan Ramadhan, setelah melaksanakan shalat Isya dan sebelum melaksanakan Shalat witir. Dan itu merupakan Perbuatan sunnah yang dilaksanakan oleh baginda Nabi serta Mendorong kepada ummat nya untuk melaksanakan juga.
Para sahabat dan tabi’in setelah sepeninggalan Baginda nabi melestarikan shalat tarawih ini, dan itu merupakan syi’ar dari Syi’ar-syi’ar Ramadhan yang di berkahi, ia mempunyai kemuliaan di dalam jiwa-jiwa kaum muslimin, serta mempunyai keagungan dan keutamaan di sisi Allah Penguasa alam semesta.
Dalam sebuah Hadist yang Shahih sebagaimana yang telah di Riwayatkan oleh Imam Al-bukhari, dari Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه
Barangsiapa Yang menghidupkan dengan Shalat malam di bulan ramadhan, dengan keimanan serta keikhlasan, niscaya dosa-dosa nya yang telah lalu diampuni.
Makna daripada Hadist yang Mulia ini, adalah, orang yang menghidupkan malam-malam di Bulan Ramadhan dengan Shalat dan Dzikir, dan Tilawah Al-qur’an, disertai oleh keimanan kepada Allah, serta mengharap Pahala dari Allah, maka Dosa-dosanya yang telah Lalu diampuni, Yaitu dosa-dosa kecil, Adapun dosa-dosa besar maka Harus disertai oleh Taubat nashuha, sebagaimana yang telah banyak dijelaskan oleh para Ulama’ Fiqh
KETETAPAN SHALAT TARAWIH
Berkata As-syeikh As-shabuni Hafidzahullah ta’ala, dalam Kitab Al-huda An-nabawi As-Shahih.
Orang pertama yang melaksanakan Shalat Tarawih Adalah Baginda Nabi sendiri, Shallallahu alaihi wa sallam.
Berkata Al-imam Ibnu Qudamah dalam Kitab “Al-mugni” Shalat Tarawih adalah perbuatan Sunnah Mu’akkad, dan orang pertama kali yang melaksanakannya Adalah Baginda Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam.
(a) Berkata Abu Hurairah Radhiyallahu anhu: Adalah Baginda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Suka menghidupkan malam Bulan ramadhan, Tanpa memerintahkan dengan perintah Yang mewajibkan, Baginda Nabi bersabda:
Makna daripada Hadist yang Mulia ini, adalah, orang yang menghidupkan malam-malam di Bulan Ramadhan dengan Shalat dan Dzikir, dan Tilawah Al-qur’an, disertai oleh keimanan kepada Allah, serta mengharap Pahala dari Allah, maka Dosa-dosanya yang telah Lalu diampuni, Yaitu dosa-dosa kecil, Adapun dosa-dosa besar maka Harus disertai oleh Taubat nashuha, sebagaimana yang telah banyak dijelaskan oleh para Ulama’ Fiqh
KETETAPAN SHALAT TARAWIH
Berkata As-syeikh As-shabuni Hafidzahullah ta’ala, dalam Kitab Al-huda An-nabawi As-Shahih.
Orang pertama yang melaksanakan Shalat Tarawih Adalah Baginda Nabi sendiri, Shallallahu alaihi wa sallam.
Berkata Al-imam Ibnu Qudamah dalam Kitab “Al-mugni” Shalat Tarawih adalah perbuatan Sunnah Mu’akkad, dan orang pertama kali yang melaksanakannya Adalah Baginda Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam.
(a) Berkata Abu Hurairah Radhiyallahu anhu: Adalah Baginda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Suka menghidupkan malam Bulan ramadhan, Tanpa memerintahkan dengan perintah Yang mewajibkan, Baginda Nabi bersabda:
من قام رمضان إيمناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبة " رواه مسلم
(b) berkata Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu Anha: Suatu malam Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam shalat di dalam masjid, kemudian di ikuti oleh bilangan Sahabat, kemudian di ikuti oleh qabilah, sehingga banyak Manusia yang mengikuti nya, dan pada malam ketiga atau malam keempat para sahabat mulai berkumpul untuk melaksanakan Shalat Tarawih. namun baginda Nabi tidak keluar menjumpai mereka, ketika Subuh Baginda nabi Bersabda: Aku telah melihat apa yang kalian perbuat, tidak ada yang menghalangiku keluar menemui kalian melainkan Aku khawatir Shalat Tarawih di Farduhkan keatas kalian, dan Kejadian tersebut adalah di bulan ramadhan. (HR Muslim).
(c) Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu katanya: “ Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam keluar, kemudian Beliau jumpai orang-orang berkerumanan di bulan ramadhan di teras masjid, Baginda Nabi bertanya Siapa mereka? dijawab, mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai Al-qur’an. Dan Ubai bin ka’ab shalat bersama mereka, serta mereka shalat mengikuti shalat Ubai bin ka’ab, Baginda Nabi bersabda: “mereka benar, dan apa yang dilakukan adalah sebaik-baik nya perbuatan”. ( Hadist ini di riwayatkan oleh Abu daud,) dan berkata: “dalam Sanad nya terdapat Muslim bin khalid Al-makhzumi, dia adalah seorang Yang Dhaif. Berkata Imam Al-hafidz dalam Kitab Fathul Bari, dan yang terpercaya adalah Umar bin khattab Radhiyallahu anhu yang mengumpulkan orang shalat dibelakang Ubai bin ka’ab.
Shalat tarawih dinisbatkan kepada Sayyyidina Umar ibnu Khattab Radhiyallahu anhu, karena beliaulah yang mengumpulkan orang untuk melaksanakan shalat dibelakang Ubai bin Ka’ab, dan ubai bin ka’ab shalat bersama mereka.
Imam Bukhari telah meriwayatkan dari Abdurrahman Al-qari katanya: Aku keluar bersama Umar bin khattab di malam bulan Ramadhan, kami jumpai orang berpencar-pencar. - Shalat secara berkelompok-kelompok, mereka berpisah-pisah, dan shalat sendiri-sendiri. Ada seorang menjadi imam dari kelompok yang lain, akhirnya Sayyidina Umar berkata: “Aku berpendapat, seandainya aku kumpulkan mereka di belakang satu Imam, niscaya itu lebih utama dan lebih dekat kepada kebaikan, dan Umar ingin mengumpulkan mereka dibelakang Ubai bin ka’ab.
Abdurrahman bin qari berkata, malam berikutnya aku keluar, sedang orang-orang melaksanakan shalat dengan dipimpin oleh Imam nya. Lalu Umar bin Khattab berkata: “sebaik-baik perbuatan bid’ah adalah ini, orang yang shalat di akhir malam lebih baik, saat itu orang-orang melaksanakan shalat di awal malam. (HR Bukhari).
Dari hadist-hadist yang mulia di atas menjelaskan kepada kita dengan penjelasan yang terang benderang bahwa, orang pertama yang melaksanakan Shalat Tarawih adalah baginda Nabi Muhammad shallahu alaihi wa sallam. beliau melaksanakan Shalat tiga malam atau empat malam, kemudian beliau tidak keluar untuk melaksanakan nya, sebagai bentuk Rahmat kepada Ummat nya karena Baginda Nabi Shallahu alaihi wa sallam khawatir di Fardhuhkan ke atas Ummatnya.
Dan hal ini didukung oleh Hadist yang dikeluarkan oleh imam Al-bukhari: Bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah keluar di tengah malam (bulan Ramadhan) kemudian beliau shalat malam di masjid, lalu shalatlah beberapa orang laki-laki mengikuti beliau. Maka orang-orang saling menceritakan kepada yang lainnya mengenai hal tersebut sehingga banyak dari mereka yang berkumpul. Pada malam yang kedua, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam kembali keluar dan shalat bersama mereka dan orang-orang pun menyebutkan mengenai hal tersebut hingga pada malam yang ketiga jama’ah masjid semakin bertambah banyak dan Rasulullah keluar dan kembali shalat bersama mereka.
Hingga pada malam keempat, masjid menjadi penuh oleh jama’ah namun Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak keluar kepada mereka, seorang lelaki dari jama’ah tersebut berseru, “Shalat!” Akan tetapi beliau tidak juga keluar hingga beliau keluar untuk shalat Fajr. Ketika beliau usai shalat Fajr, beliau menemui mereka, kemudian mengucapkan syahadat, beliau bersabda, “Amma ba’d, sesungguhnya tidak ada kekhawatiran dalam diriku mengenai kalian semalam, akan tetapi aku mengkhawatirkan hal itu (shalat malam) akan diwajibkan atas kalian, maka kalian tidak mampu melaksanakannya.” (HR Bukhari)
Dalam riwayat yang lain, Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam Wafat, sementara keadaan nya masih tetap demikian.
Komentar