Penjelasan Ini Membungkam Kalangan Anti Tawasul
Tawasul adalah mencari Wasilah atau dengan kata lain menggunakan wasilah. Menurut Syarif Ali bin Muhammad bin Ali Sayyid Zain Al Jurjani At Ta`rifat, Tawasul adalah sesuatu yang di pergunakan unutk mendekat kepada orang lain.
اَلْوَسِيْلَةُ هِيَ مَا يُتَقَرَّبُ اِلَى اْلغَيْرِ
Menurut Syeikh Masduki Lasem yang disampaikan pada kuliah subuh dihadapan para santri pada tahun 1966 M, Tawasul adalah sesuatuyang dipergunakan unutk mendekat kepada Allah SWT, Tawasul adalah setiap amal amal yang dipergunakan untuk mendekat kepada Allah SWT.
اَلْوَسِيْلَةُ هِيَ مَا يُتَقَرَّبُ بِهِ اِلَى الله, هِيَ كُلُّ عَمَلٍ يُتَقَرَّبُ بِهِ إِلَى الله
Tawasul ini biasanya dilakukan untuk mencapai segala hal atau sesuatu hal yang dicita-citakan, baik cita-cita ukhrawi (akhirat) maupun cita-cita duniawi. Memang didalam mencapai cita-cita diperlukan adanya perantara dan sarana. Karena tanpa itu, cita-cita tersebut akan sulit berhasil atau sama sekali tidak berhasil. Menggunbakan perantara dan sarana itulah yang dinamakan Tawasul. Tawasul itu merupakan keharusan untuk keberhasilan suatu cita-cita, dan terkadang hanya mempercepat saja unutuk meraih cita-cita.
DALIL
Bertawassul itu sesungguhnya adalah melakukan perintah Allah SWT. Allah SWT berfirman:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوااِتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَا هِدُوا فِى سَبِيْلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ (المائدة : 35
Hai orang- orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah SWT, dan carilah wasilah kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapatkan keberuntungan.” (QS. Al Maidah : 35).
Di dalam kitab Ajwibatul Makkiyah diterangkan bahwa bertawasul juga merupakan melaksanakan perintah Rasulullah SAW, Rasulullah SAW bersabda:
قال النبي صلى لله عليه سلم (تَوَسَّلُوا بِي وَبِأَهْلِ بَيْتِي إِلَى الله, فَإِنَّهُ لَايُرَدُّ مُتَوَصِّلٌ بِنَا
Gunakanlah wasilah dengan aku dan dengan ahli baitku kepada Allah SWT. Tidak akan ditolak orang yang bertawasul dengan kami.” (HR. Ibnu Hibban).
Berdasarkan dua dalil tersebut, maka tawassul itu hukumnya jawaz (boleh), dan jawaz tersebut bisa menjadi wajib, sunnah dan mubah.
HAL-HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN
1. Tawassul adalah salah satu metode berdo’a dan salah satu dari pintu-pintu untuk menghadap Allah SWT. Maksud yang sesungguhnya adalah obyek yang dijadikan tawassul berperan sebagai sebagai mediator untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Siapapun yang menyakini di luar batasan ini bisa mengakibatkan kemusyrikan.
2. Orang yang bertawassul yang harus yakin bahwa alasan tawassul karena kecintaannya kepada mediator dan menyakini bahwa Allah SWT. Mencintai mediator tersebut. Orang yang bertawassul harus menyakini bahwa yang mengabulkan segala hajatnya adalah Allah dan bukan mediator dari tawassulnya.
3. Orang yang bertawassul jika menyakini bahwa media yang dijadikan untuk bertawassul kepada Allah itu bisa memberikan manfaat dan derita dengan sendirinya sebagaimana Allah tanpa izin-nya, niscaya ia musyrik.
4. Tawassul bukanlah suatu keharusan. Terkabulnya doa tidaklah ditentukan dengan tawasul justru yang asli adalah berdo’a kepada Allah secara mutlak sebagaimana firman-Nya:
وإذا سأ لك عبادى عني فإنى قريب, أجيب دعوة الداع إذا دعان فليستجيبوالى وليؤ منوا بي لعلهم يرشدون.
Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang aku, maka jawablah bahwasanya aku adalh dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala permintaan-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah : 186).
MACAM-MACAM TAWASSUL
a. Tawassul dengan nama-nama Allah SWT
Berdasarkan Firman Allah SWT
ولله الاسماء الحسنى فادعوه بها
Hanya milik Allah Asma’ul Husna (nama-nama yang baik yang sesuai sifat Allah), maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut Asma’ul Husna” (Al A’raf : 180).
Di antara Do’a Rasulullah SAW :
اسألك بكل اسم هو لك ....... (روه الترمذى وقال حسن صحيحي
Aku memohon kepadamu dengan segala nama yang engkau miliki”
b. Tawassul dengan sifat-sifat Allah SWT
Sebagaimana doa Rasulullah SAW :
يَاحَيُّ يَا قَـيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ اَسْتَغِيْثُ (حسن روه الترمذى
Wahai dzat yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluknya) dengan rahmatmu aku memohon pertolongan” (HR. Tirmidzi. Hadist Hasan)
c. Tawassul dengan amal shalih
Dalam kitab Shahih Muslim, atau dalam kitab Riyadhus Shalihin, terdapat riwayat yang mengisahkan tiga orang yang terperangkap dalam Gua. Lalu masing-masing bertawassul dengan amal shalihnya. Orang pertama bertawassul dengan amal shalihnya, berupa memelihara hak buruh. Orang kedua bertawassul dengan amal shalihnya, berupa berbakti kepada kedua orang tua. Orang ketiga bertawassul dengan Khasyyatullah (takutnya kepada Allah) sehingga menggagalkan perbutan keji yang hendak ia lakukan. Akhirnya Allah membukakan pintu gua itu dari batu besar yang menghalanginya, akhirnya mereka semua selamat.
d. Tawassul dengan Nabi Muhammad SAW
Di dalam kitab Hujjah Ahlussunnah Wal Jamaah karangan KH. Ali Ma’sum Yogyakarta disebutkan bahwa Tawassul dengan Nabi SAW terbagi menjadi 3 bagian, yakni:
1) Tawassul kepada Nabi SAW sebelum diciptakan
Dalil yang menunjukkan diperbolehkannya tawassul dengan Nabi SAW sebelum sebelum diciptakan adalah hadits shahih yang diriwayatkan Imam Hakim Abu Abdillah, di dalam kitab Mustadrok, dari sahabat Umar, Rasulullah SAW bersabda:
لَمَّااقْتَرَفَ اَدَمُ الخَطِيْئَةَ, قال يَارَبِّ اَسْأَلـُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ لَمَّا غَفَرْتَ لِى
“Ketika Nabi Adam AS melakukan kesalahan, beliau berdo’a, wahai Tuhanku, aku memohon kepadamu dengan perantara hak Muhammad, agar engkau mengampuniku.”
فقال الله يَاأَدَمُ وَكَيْفَ عَرَفْتَ مُحَمَّدًا وَلَمْ اَخْلُقْهُ
Lalu Allah Bertanya: “Wahai Adam, bagaimana kamu mengetahui Nabi Muhammad, padahal aku belum mewujudkannya.”
قَالَ يَارَبِّ لانكَ لَمَّا خَلَقْتَنِى بِيَدِكَ وَنـَفَخْتَ فِيَّ مِنْ رُوْحِكَ ,رَفَعْتُ رَأْسِى فَرَأَيْتُ عَلَى قَوَائِمِ الْعَرْشِ مَكْتُوْبًا "لااله الا الله محمد رسول الله"
Nabi Adam Menjawab : “Wahai Tuhanku, sesungguhnya ketika Engkau menciptakanku dengan kekuasaanMu, dan meniupkan ruh dariMu padaku, aku mengangkat kepalaku lalu aku melihat pada tiang-tiang A’rsy tertulis Tiada tuhan (yang haq disembah) kecuali Allah, Muhammad utusan Allah.”
2) Tawassul kepada Nabi SAW ketika beliau masih hidup
Dalil tawassul dengan Nabi SAW ketika beliau masih hidup yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, Ibnu Majah, Buchori, Muslim, Hakim dan Ahmad. Tersebutlah dalam riwayat, bahwa seorang buta datang pada Nabi, lalu berkata: “Ya Rasulullah, berdoalah pada Allah, agar Dia menyembuhkanku”. Lalu Rasulullah menjawab: “Jika engkau menghendaki, akau akan berdoa untukmu, dan jika engkau menghendaki, bersabar adalah lebih baik bagimu”. Lelaki itu (tetap) berkata : “Do’akanlah”. Lalu Rasulullah menyuruhnya berwudlu secara sempurna, lalu shalat 2 rakaat, lalu beliau menyuruhnya berdo’a dengan mengatakan:
اَللَّهُمَّ اِنـِّى أَسْأَلـُكَ وَأَتَوَجَّهُ اِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نـَبِيِّ الرَّحْمَةِ , اِنـِّى تَوَجَّهْتُ بِكَ اِلَى رَبـِّى فِى حَاجَتِى هَذِهِ لِتـُقْضَى لِى , اللّهُمَّ شَفِـّعْهُ فِيَّ وَشَفِـّعْنِى فِيهِ. قَالَ : فَفَعَلَ الرَّجُلُ فَبَرِئ َ لِلْحَالِ روه الترمذي وقال : هذا حديث حسن صحيح
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu dan aku menghadap kepadaMu dengan perantara NabiMu yakni Nabi Muhammad, seorang Nabi pembawa rohmat. Sesungguhnya aku menghadap dengan (perantara) mu (Nabi Muhammad) kepada Tuhanku dalam hajatku ini, agar dipenuhiNya untukku. Ya Allah jadikanlah ia pemberi syafaat padaku, dan berilah aku syafaat (pertolongan) di dalamnya”. Ia berkata : “ laki-laki itu kemudian melakukannya, lalu ia sembuh seketika. (HR. Tirmidzi, Hadist Hasan dan Shahih).
3) Tawassul kepada Nabi SAW setelah beliau wafat
Dalil tawassul dengan Nabi SAW ketika beliau sudah wafat, yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Thobroni dalam kitab “Al Mu’jam Ash Shoghir Wal Kabir” dalam sebuah riwayat, ada seorang laki-laki mondar mandir pada sahabat Utsman bin Affan untuk menghaturkan hajatnya, akan tetapi sahabat Utsman tidak menoleh dan tidak melihat ada hajatnya, lalu ia bertemu dengan sahabat Utsman bin Hanif dan menghaturkan hajatnya, lalu Utsman berkata : “Berwudlulah lalu masuklah masjid dan shalatlah dua rakaat, lalu berdo’alah:
اَللَّهُمَّ اِنـِّى اَسْأَلـُكَ وَاَتَوَجَّهُ اِلَيْكَ نـَبِيِّ الرّحْمَةِ. يَامُحَمَّدُ اِنـِّى تَوَجَّهْتُ بِكَ اِلَى رَبـِّى فَيَقْضِى حَاجَتِى – الح
Selain itu terdapat Hadits shahih yang diriwayatkan Imam Baihaqi dan Ibnu Syaibah:
اَنَّ النَّاسَ أَصَابَهُمْ قَحْطٌ فِى خِلافَةِ عُمَرَ رضي الله عنه فَجَاءَ بِلالُ بنُ الْحَرِثِ اِلَى قَبْرِ النَّبِيِّ وقال : اِسْتَشْقِ لِاُمْتِكَ فَاِنــَّهُمْ هَلَكُوا فَأَتَاهُ رَسُولُ اللهِ فِى الْمَنَامِ وَاَخْبَرَهُ اِنـَّهُمْ يُسْقَوْنَ
Sesungguhnya manusia terkena masa paceklik (tiada hujan dan kesulitan makanan) pada zaman Khalifah Umar, lalu sahabat Bilal bin Harits datang pada makan Rasulullah, dan berkata : “Mintakan hujan (pada Allah) untuk umatmu, karena mereka hampir rusak (mati) lalu Rasulullah datang padanya dalam mimpinya dan memberi kabar, bahwa mereka akan diberikan hujan.
e. Tawassul dengan selainnya Nabi SAW (Wali, Anbiya’ dan orang-orang shalih)
Dalil yang menerangkan bahasan ini adalah hadits riwayat Bukhari dalam sebuah riwayat dari shohabat anas, diceritakan, ketika manusia terkena paceklik, sahabat Umar minta hujan kepada Allah dengan perantara paman Nabi SAW (Abbas bin abdul muthalib). Beliau berkata:
الَلَّهُمَّ اِنـَّاكُنَّا نَتـَوَسَّلُ اِلَـيْكَ بـِنَبِيِّكَ فَتـَسْقِيْنَا وَاِنـَّا نَتـَوَسَّلُ اِلَـيْكَ بـِعَمِّ نـَبِيِّنَا فَاسْقِنَا قال فَيُسْقَوْنَ
Ya Allah, sesungguhnya aku telah membuat perantara nabiMu padaMu lalu engkau memberi hujan pada kami, dan sesungguhny aku membuat perantara padaMu dengan paman Nabiku, maka berilah kami hujan, Anas berkata: lalu mereka diberikan hujan.
Ketika mereka telah diberi hujan, Umar berkata:
Wahai manusia sesunggunya Rasul melihat pamannya (Abbas) seperti melihatnya anak pada orang tua maka ikutlah kalian pada Rasul di dalam pamannya (Abbas) dan jadikanlah wasilah (Perantara) pada Allah.”
Wallahu A'lam.
Komentar