Empat Golongan Muslim Tertipu Setan dan Nafsu
Ada empat golongan orang muslim yang tertipu dengan tipu daya setan dan nafsu.
Golongan pertama ; orang-orang yang berilmu.
Golongan kedua ; orang-orang yang ahli ibadah.
Golongan ketiga; orang-orang yang memiliki harta.
Golongan keempat ; orang-orang yang ahli tasawwuf.
Keempat golongan ini masing-masing terbagi juga menjadi beberapa golongan.
Golongan orang yang berilmu; mereka ada 10 golongan ;
Golongan pertama; Mereka sehari-hari sibuk dengan memperdalam ilmu fiqih, permasalahan dan soal-soal yang lembut dalam ilmu agama. Tapi mereka lupa menjaga anggota tubuh dari perbuatan2 dosa. Mereka tertipu dengan ilmu mereka sendiri, menyangka dengan ilmunya sudah punya kedudukan di sisi Allah. Menyangka ilmunya sudah sampai pada batasan yang tidak akan diadzab oleh Allah Ta’aala. Menyangka Allah menerima amalan mereka, menyangka dirinya akan mampu memberi syafaat kepada makhluk kelak. Menyangka mereka tidak akan dituntut dengan dosa-dosa. Mereka tertipu, karena mereka tidak melihat dengan ‘ainul bashirah (mata sanubari) bahwa ilmu itu ada dua, ilmu Mu’amalah dan ilmu Mukasyafah.
Ilmu Mukasyafah adalah ilmu mengenal Allah dan sifat-sifatNya. Akan tetapi wajib juga dengan ilmu Mu’amalah supaya menjadi sempurna hikmah yang dimaksud yaitu mengetahui halal dan haram juga ilmu mengetahui akhlak-akhlak yang terpuji dan tercela.
Perumpaan golongan ini adalah seperti dokter yang mengobati orang lain, dia pun mampu mengobati dirinya sendiri tapi tidak melakukannya. Apakah obat dapat bermanfaat hanya dengan disifati saja ? sungguh obat tidak akan bermanfaat kecuali setelah meminum kepaitannya.
Golongan kedua; mereka (orang-orang yang berilmu) yang benar-benar menetapkan ilmu dan amalnya, meninggalkan perbuatan dosa-dosa dhahirnya. Tapi mereka melupakan hatinya, sehingga tidak menghapus sifat-sifat jahat dalam hatinya seperti sombong, bangga diri, iri hati, dengki, cari popularitas, nama dan kehormatan, cari penganggungan dari teman, sahabat dan kawan-kawannya. Mereka lalai dari hati mereka sendiri dan lebih sibuk dengan dhahirnya. Mereka lupa firman Allah “...kecuali orang-orang yang jumpa kepada Allah dengan hati yang bersih “....
Golongan ketiga; orang-orang berilmu yang sudah paham dan mengerti sifat-sifat buruk itu. Mengetahui sifat-sifat itu buruk dari segi syare’at, tapi dengan sifat bangga mereka ini, menyangka bahwa mereka terlepas dari sifat-sifat buruk itu. Mereka menyangka diri mereka tidak teruji dengan sifat-sifat buruk itu. Mereka menyangka sifat-sifat buruk itu hanya menimpa kaum awam saja bukan kaum seperti mereka. Mereka tertipu karena menyangka hal itu bukanlah sombong tapi kemuliaan agama, menampakkan kemuliaan ilmu saja dan membela agama. Mereka hanya membuat Iblis tertawa saja. Mereka lupa bagaimana pembelaan Nabi dan para sahabat terhadap agama, mereka lupa penghinaan kepada Nabi dan para sahabat, mereka lupa kerendah hatian para sahabat. Kehidupan para sahabat yang rendah.
Ketika ia marah jika ada orang yang membantah ucapannya, ia tidak menyangka bahwa kemarahannya itu adalah sifat hasad (iri hati) tapi malah menyangka bahwa hal itu adalah kemarahan untuk Allah. Bahkan seandainya ada sahabatnya yang selevel dengannya yang dibantah oleh orang lain, dia pun tidak akan marah. Ia menampakkan ke orang lain bahwa ia semata-mata hanya utk memberikan faedah ilmu utk orang lain. Terkadang ia mendekati orang-orang pemerintahan dan berlembut-lembut dengan mereka, ketika ditanya, maka jawaban mereka adalah “ saya dekat dengan pemerintah, hanya untuk kemanfaatn kaum muslimin.“
Ia tertipu, sebab jika hal itu terjadi kepada orang selevel dia yang lainnya yang dekat denggan pemerintah, ia akan marah. Terkadang ia mendapat harta dari pemerintah, jika di hati sanubarinya terlintas suara bahwa harta itu haram, maka setan akan membisikannya, “secara fiqih ini adalah ilmu yang tidak ada pemiliknya, harta itu untuk kemaslahatan kaum muslimin sedangkan kamu adalah imam kaum muslim.“
Golongan keempat; orang-orang berilmu yang menetapkan ilmu agama, membersihkan anggota tubuhnya dari perbuatan dosa, selalu taat kepada Allah. Senantiasa memperhatikan sifat-sifat buruk dalam hatinya seperti sombong, bangga diri, iri hati dan lainnya, meninggalkan mencari popularitas, mencongkel semua akar-akar segala penyakit dalam hatinya, berjuang keras (mujahadah) di dalam menjaga hati dari bisikan-bisikan setan dan nafsu. Akan tetapi ia masih tertipu, karena ternyata masih ada bekas-bekas akar itu di dalam hatinya, masih tersisa tipu daya-tipu daya setan yang teramat lembut dan halus, tipu daya-tipu daya nafsu yang teramat lembut. Sayangnya ia tidak menyadari hal ini. Ibaratnya seperti orang yang membersihkan ladang dari rumput, ia mengitari semuanya dan mencabut semua rumput yang ada. Akan tetapi ia tidak mengetahui akar yang tersisa dari rumput itu, sehingga akan merusak lagi tanaman-tanamannya di kemudian hari. Orang seperti ini terkadang mengucilkan diri dari manusia, dan terkadang melihat manusia dengan pandangan hina.
Bersambung ke golongan kelima, keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan dan kesepuluh. Setelah itu kita akan bahas golongan kedua yang tertipu yaitu golongan ahli ibadah. Golongan ini juga terbagi menjadi sembilan golongan dan seterusnya.
Komentar